Catcall & Dilema Muslimah Milenial

Salah satu hal yang menjadi obrolan antara saya dan sahabat saya sejak kami menginjak masa SMA ialah mengenai masteng alias mas-mas tengil. Dhea, sahabat saya, paling malas jika saya minta diantar ke pangkalan ojek setelah main di rumahnya. Alasannya ia malas kalau masteng-masteng berisik, bahasa kerennya sih catcall.

catcall

Pronunciation: /ˈkatkɔːl/

A loud whistle or a comment of a sexual nature made by a man to a passing woman. – oxforddictionaries.com

Ya catcall kalau ditranslasikan ke Bahasa Indonesia semacam ‘digodain abang-abang di jalan.” Wgwgwgwg maaf ngarang, maafin Baim yha? Nah salah satu hal yang ambigu dan menjadi bahan pikiran saya ialah saat ada mas-mas atau bapak-bapak yang saat ada perempuan seperti gue (baca: berkerudung) lewat, langsung bilang “Assalamualaikum Neng.”Nah loh, salam harusnya di jawab kan ya? Jawab salam dalam hati boleh kan ya? Duh bingung, phone a friend boleh? Atau 50:50 deh nggak apa-apa. #dikira who wants to be a millionaire.

Sementara ada beberapa asumsi di pikiran saya mengenai mas-mas pelaku catcall “Assalamualaikum Neng” ini:

  • Iseng, ganjen, genit, nggak bisa lihat perempuan lewat dikit.
  • Perempuan yang lewat cantik, eh kebetulan pakai hijab, ya sapa dikitlah.
  • Masha Allah, jilbabnya rapi. Jadi pingin biläng “Asslamualaikum Beijing”*lah?
  • Mas nya sebenarnya bukan catcall tapi lagi social experiment kekinian untuk mengucapkan salam.
  • Mas nya terlalu religius hingga menjalankan sunnah mengucapkan salam bahkan kepada orang tak dikenal, kebetulan wajahnya emang tengil.

Nah tuh, banyak kan asumsinya? Atau kamu ada asumsi lainnya? Share atuh di kolom komentar. Ya sebenarnya bisa saja saya berprasangka baik aja gitu ya, saya anggap aja mas nya terlalu religius seperti poin terakhir. Tapi saya takutnya menjawab salam malah bikin mas-masnya menjadi-jadi. Menjadi rajin mengucapkan “Assalamualaikum Neng” pada ciwi-ciwi yang lewat selanjutnya. Lah, nggak apa-apa sih ya harusnya. Mengucapkan salam kan artinya indah-indah apa gitu.

Dikutip dari muslimah.or.id,berkata sebagian ulama bahwasanya salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalaamu ‘alaik’ berarti Allah bersamamu atau dengan kata lain engkau dalam penjagaan Allah. Sebagian lagi berpendapat bahwa makna salam adalah keselamatan sehingga maknanya ‘Keselamatan selalu menyertaimu’. Yang benar, keduanya adalah benar sehingga maknanya semoga Allah bersamamu sehingga keselamatan selalu menyertaimu.

Nah, sweet kan artinya? Setiap memberikan dan menjawab salam seperti menebarkan doa-doa kebaikan di sekeliling kita. *lap air mata #ceritanya terharu. Ada satu kejadian yang cukup membekas di benak saya. Waktu itu sore hari, saya cukup lelah dan sedang berjalan kaki ke arah rumah.

Ita: *jalan kaki, wajah lelah, udah bayangin kamar ber-AC

Bapak Tak Dikenal: Assalamualaikum! *sambil ngeliatin saya, wajahnya senyum, entah senyum maksudnya apa karena saya hanya lihat dari ekor mata.

Ita: *saya lempeng, jalan terus

*beberapa detik berlalu, diiringi backsound desingan kendaraan area pinggir jalan

Bapak Tak Dikenal: Waalaikumussalam…Neng. *suaranya agak teriak dan buru-buru, entah doi kaget karena saya nggak jawab atau kenapa.

Ita: *tetap lempeng

Saat itu sebenarnya saya nggak tega nggak jawab salam Bapaknya. Saya jawab sih dalam hati gitu. Tapi sampai Bapak Tak Dikenal jawab sendiri kan kayaknya sesuatu gitu. Jangan-Jangan Bapaknya berniat baik lagi? Duh Gusti, jangan jadikan ini dosa saya. Aamiin. Biasanya sih saya kalau ada yang catcall cuek. Kecuali jika saya yakin mas-mas atau bapak-bapak yang mengucapkan salam berwajah tulus (apa coba indikator wajah tulus? Ya kek wajahnya Tulus yang nyayi “mereka panggil aku gajah” itu #ngaco), biasanya saya jaba salamnya tanpa melihat ke arah mereka dengan keadaan wajah saya nggak tersenyum dan nggak cemberut, ya semacam wajah serius menghadapi hidup #apasih.

Nah kalau menurut kamu, kalau akika di “Assalamualaikum Neng”, akika harus apa?