Rekomendasi: Mari kukenalkan dengan dr. Gatut Semiardji, SpPD

“Assalamualaikum.” 

Setalah membuka pintu ruang praktik, dokter Gatut menyapa saya. Segera saya jawab salamnya.

“Ada cerita apa hari ini?”

Biasanya dokter Gatut selalu bertanya seperti kalimat di atas. Tolong hindari salah paham bahwa beliau berniat mendengar curhatan kamu ya. Itu adalah cara beliau bertanya apa sakit yang kamu rasakan sekarang.

Tulisan ini dibuat setelah saya berobat dengan dokter Gatut untuk yang ke……….. entahlah. Sudah lebih dari tiga kali saya menemui dokter Gatut untuk berobat, jadi sudah lupa. Saya biasanya menemui dokter Gatut dengan mengunjungi Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina yang berlokasi di Jatinegara.

35a58099e421415b5d8bd0ba1faa4370

Ingat ini saat sakit. Sumber: dari sini.

Suatu kali saat saya sadar bahwa saya mengalami gejala Demam Berdarah Dengue, saya memilih untuk berobat ke Rumah Sakit Premier Jatinegara. Saya sudah mendaftar untuk menemui dokter spesialis penyakit dalam juga. Pada hari itu juga, saya yakin untuk tidak mau ke dokter di Rumah Sakit Premier Jatinegara lagi, saya lebih suka menemui dokter Gatut. Kamu mau tahu kenapa?

Awalnya saya googling mengenai dokter yang akan memeriksa saya. Sambil duduk di ruang tunggu, saya menemukan bahwa dokter yang akan memeriksa saya nanti ternyata satu almamater kampus dengan saya. Berhubung dokter Gatut juga satu almamater kampus dengan saya, saya berpikir dokter yang nanti saya temui akan ramah seperti dokter Gatut.

Kenyataannya, berbeda dengan yang saya kira di ruang tunggu tadi. Yah, dokternya sih tidak bisa dibilang tidak ramah. Tapi saat saya bercerita mengenai sakit yang saya rasa, dokternya justru melihat ke komputer terus menerus. Ya saya sebenarnya mengerti kalau mungkin sistem di Rumah Sakit Premier Jatinegara ingin lebih canggih nan spektakuler dengan menyediakan komputer di ruang periksa. Kenyataannya saya merasa seperti hanya saya sendiri yang peduli penyakit saya, dokternya hanya mendengarkan sebentar untuk menduga pengobatan yang diperlukan, selebihnya mengetik ke komputer. Menurut saya sih tidak menyenangkan, pasien kan sensitif, maunya dimengerti, setidaknya saya begitu.

photo

Foto Dokter Gatut yang ada di Google. Sumber: dari sini

Sekarang mari kuceritakan kenapa aku merekomendasikan dokter Gatut untuk kamu temui saat sakit 🙂

3 Alasan Kenapa Saya Merekomendasikan Dokter Gatut Semiardji

  • Ramah dan care: dokter Gatut itu ramah, raut wajahnya tidak akan bikin kita yang sakit jadi badmood. Saat kamu di ruang periksa kamu akan sadar kalau dokter Gatut mendengarkan keluhanmu dengan tenang, tidak seperti orang yang takut waktu praktiknya habis. Beliau menghargai ceritamu.

  • In-time: dokter Gatut bukan sekadar on-time. Pada hari Sabtu, waktu praktik beliau mulai pukul 10.00, walaupun dapat nomor antrian sepuluh, saya sudah datang. Saya lihat jam di tangan, dokter Gatut sudah masuk ke ruang praktiknya sekitar pukul 09.50 dan pukul 10.00 tepat pintu ruang praktik terbuka. Suster yang membantu dokter memanggil nama seorang Ibu, namun Ibu itu belum datang sepertinya. Berhubung pasien dokter Gatut yang datang baru 3 orang, akhirnya suster itu pun memanggil nama lain “Nona Dian.” Yes! Saya dapat giliran pertama.

  • Menjawab pertanyaanmu: berhubung dokter Gatut itu care dan berhubung saya pasien yang cukup kritis. Biasanya saya bertanya beberapa hal. Lalu dokter Gatut menjawab pertanyaan saya dan jawaban beliau tidak ala kadarnya. Bahkan saat saya bercerita mengenai dokter di Rumah Sakit Premier Jatinegara, dokter Gatut justru bercerita hal yang sama yaitu saat ayahnya berobat ke Pondok Indah dan dokternya juga sibuk melihat komputer

Ohiya, dokter Gatut ini spesialis penyakit dalam ya. Tapi saya biasanya berobat dengan beliau tidak untuk penyakit dalam sih, hehe. Saya membuat tulisan ini sebagai apresiasi terhadap kinerja dokter Gatut. Tidak mudah bukan untuk selalu ramah? Padahal kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati dan apa yang telah terjadi. Semoga dokter Gatut selalu disayang Allah Swt dan semoga semua yang sedang sakit segera sembuh ya 🙂