Antara Body Scrub di Salon dan GoMassage

Saat saya masih duduk di bangku SMP, Ibu sering mengajak saya ke Salon Sari di Tebet. Harga perawatan rambut atau tubuh di Salon Sari terbilang murah hingga saat ini, sehingga saya senang untuk melakukan body scrub di Salon Sari. Walaupun begitu, semakin saya dewasa, saya merasa tidak nyaman untuk melakukan perawatan tubuh di tempat yang ada laki-lakinya. Setidaknya saya ingin satu salon isinya perempuan, laki-laki hanya satpam/penjaga di depan pagar. Kalau bagi saya, risih saja.

Kedua, mulai muncul layanan GoMassage mulai dari pijat hinggan perawatan tubuh yang saya rutin lakukan yaitu body scrub.  Kalau saya komparasikan secara harga, maka lebih murah ke Salon Sari karena lokasinya pun tidak terlalu jauh, namun dengan perbedaan harga yang tipis, saya lebih memilih layanan GoMassage. Berikut kalkulasinya.

  • Biaya ke Salon: 20K (transportasi ojek) + 100K (lulur scrub+ sauna badan selama kurang lebih 1,5 jam)
  • Biaya GoMassage: 125K (body massage + scrub)

Body scrub adalah kebutuhan saya setidaknya sekali dalam dua minggu. Maka, selain perbedaan tipis pada harga, hal-hal di bawah ini membuat saya lebih memilih Go-Massage.

  • Tidak perlu waktu perjalanan menuju salon. Bisa mengganti waktu tersebut untuk aktivitas bermanfaat lainnya. Biaya di bawah ini sudah all-in dengan ongkos terapis ke rumah saya.

gm1edit

  • Tidak ada biaya tambahan juga karena minyak pijat dan lulur sudah dibawa terapis Go-Massage.

gm2edit

  • Nyaman rasanya melakukan body scrub di kamar sendiri, karena kasur di salon biasanya kecil.

Eits tapi perlu diingat bahwa.

  1. Ada terapis yang kurang pandai memijat. Tidak semua terapis itu handal dalam memijat, ya kalau memang kebagian terapis yang pijatannya biasa saja maka bisa jadi terapis tersebut kelelahan atau memang belum pandai memijat. -> Untuk tipe ini, saya sampaikan kalau saya ingin pijatannya lebih kencang. Kalau memang tetap tidak enak, biasanya saya minta agar di scrubnya rapi hingga sela-sela kaki agar saya tidak terlalu kecewa dengan layanannya.
  2. Ada terapis yang niat hingga bawa alat bekam dan koin untuk kerokan. Saya sampai ditawarkan kerokan, hahaha. Tipe terapis ini biasanya kalau memijat itu enak, malah kadang terlalu kencang. -> Tipe yang super niat ini biasanya akan bertanya sendiri apakah pijatannya terlalu kencang atau tidak, alhamdulillah, biasanya saya berikan apresiasi tambahan.
  3. Ada terapis yang diajak ngobrol menyenangkan, tapi dia malah lupa memijat atau membalurkan lulur karena keasyikan ngobrol, hahaha. -> Biasanya yang kayak gini terapisnya masih muda sekitar 20 – 25 tahun. Saat mendapat tipe terapis ini biasanya saya ingatkan “Mbak, itu kaki saya belum di scrub loh.”
  4. Ada terapis yang pijatannya cukup, scrubnya rapi alias tidak asal-asalan dan tidak mengajak ngobrol berlebihan. Ini yang paling saya suka. -> Bintang lima untuk tipe seperti ini.

Untuk muslimah, perlu diingat ya.

Bahwa seluruh aurat hanya boleh ditampilkan di depan suami. Sehingga jika ada kebutuhan body scrub harus benar-benar hati-hati dalam melakukannya. Oke, sebenarnya saya paham malah lebih baik body scrub sendiri, tidak perlu pakai terapis. Tapi kadang saya lelah untuk menggosok badan sendiri terus-terusan.

Walaupun begitu biasanya saya tidak membuka seluruh aurat tentu saja, namun lebih menitikberatkan pada bagian tubuh yang sudah dijangkau yaitu bagian punggung misalnya.

Okedeh, sekian sharing kali ini semoga bermanfaat untuk yang membaca.

Wassalamualaikum warahmatullah.

3 Argumen bahwa Seorang Muslim Seharusnya Tidak Melamar Pekerjaan pada Bank Indonesia

Suatu hari di tahun 2018, aku mendapat informasi bahwa dibuka rekrutmen Bank Indonesia (BI). Berhubung sebelumnya sudah cari tahu nominal gaji dan benefit plan sebagai pegawai BI, jadilah aku sudah menyiapkan dokumen dan cicil isi formulir aplikasi online.

Walaupun begitu, sempat muncul ragu. Sekalipun BI adalah regulator, tapi bukankah tetap saja Bank? Tapi dengan percaya diri kupikir “Ah yasudah jadi orang yang amanah dan berdoa semoga tidak ditempatkan di bagian sarat riba.” Lalu kumantapkan hati ingin minta surat rekomendasi pada Mas Arnaz, beliau itu counterpart kerja pertama sejak aku masih trainee bulan Oktober 2016 hingga menjadi staff pada Maret 2017. Total waktu bekerja dengan Mas Arnaz sekitar 1 tahun 3 bulan.

Tidak Disetujui dan ‘Disidang’

Lalu pada tanggal 6 September 2018 mulai pukul 07.50 terjadilah percakapan di bawah ini melalui whatsapp. I untuk Ita dan A untuk Mas Arnaz.

I: Mas Arnaz, bolehkah aku minta tolong?

Boleh nggak aku cantumkan nama Mas Arnaz sebagai salah satu orang yang bisa memberikan referensi atas diri aku? In sha Allah aku mau daftar PCPM Bank Indonesia.

A: apa itu? mw pindah BI?

I: Iya semacam MT nya BI gitu. Ya ketat seleksinya. Kalo lulus langsung jadi asisten manager.

A: riba ta. Yakin lu?

I: could be and could be not (reply to “riba ta”). Yakinin aja.

A: saran gw c jgn. itu uang yg lu makan nanti. itu uang yg lu makan nanti. jgn lah, klo bukan bank gw pasti support.

I: Kan Bank Sentral. Hem. Karena u bilang jangan, w lagi dengerin youtube ni.

Mas Arnaz ternyata cerita ke Mas Helmi. Mas Helmi ini Bapak-Bapak muda sejenis Ma Arnaz juga, eh tapi lebih tua sih. Lalu akhirnya aku dipanggil ke meeting room dan ‘disidang.’

Aku tuh agak keki sebenarnya, pingin ngasih argumen lain. Mas Arnaz dan Mas Helmi kasih pengertian bahwa posisi termulia terkait bekerja di Bank adalah: RESIGN. Karena sebenarnya aku tetap mau daftar kerja di BI, tapi aku yakin bahwa Mas Arnaz dan Mas Helmi bicara dengan ilmu. Yasudah aku sabar dan shalat, serta mencari ilmu.

Hasil Mencari Ilmu

Hal paling mulia jika ingin bekerja di bank adalah resign.

1. Kembali pada hadis:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598).

Apalagi ini BI selaku regulator riba, yang ngurus pemimpin bank kovensional penuh riba, dsb.

2. Ya kalaupun belum jelas boleh atau enggak kerja di BI, tapi yang udah pasti adalah bekerja di BI berarti ada campur tangan dalam hal riba. Maka bagi beberapa orang, ini menjadi syubhat alias perkara yang masih samar hukumnya halal atau haram. Tapi menurut Ustadz Erwandi T, jelas haram.

Sekalipun dianggap syubhat alias samar hukumnya, bukankah sebaiknya dihindari?

“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)

3. Akupun bertanya “Kalau semua muslim harusnya resign dari Bank, berarti lembaga finansial negara bisa diisi pendukung riba dong? Bisa banyak non muslim nanti?”

Ya memang seharusnya gitu, jika kita mau memeluk Islam secara kaffah (sempurna) ya peluklah lebih erat dengan mencari ilmu. Karena sejatinya bank bukan ajaran Islam.

Jauh pada khalifah Abbasiyah di 400M, seorang Khalifah membangun pipa air Zubaidah (dari nama istrinya) yang menyambung dari Mekah ke Arafah. Uang pembangunannya dari mana? Dari wakaf. Para penyetor wakaf mengamalkan Ali Imran ayat 92 bahwa Allah berfirman “Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, sesungguhnya Allah mengetahui.”

Lalu kapan muncul bank? Dimulai saat banyak orang menitipkan uang pada tentara perang salib, lalu tentara tersebut melakukan pencatatan. Perang salib sekitar abad ke 11.

Padahal kita sebagai umat Islam sudah pandai melakukan wakaf produktif sejak abad ke-4.

Jadi bank memang bukan bagian hidup orang yang bersyahadat.

Sekian.
Note: nomor 3 aku belum tabayyun dengan baca sejarah lagi ya, itu murni dikasih tau.

Alhamdulillah sekarang ku sudah menerim pengertian tersebut. Semoga Mas Arnaz dan Mas Helmi mendapat banyk kebaikan dari Allah Swt. Akupun tidak memandang ‘sebelah mata’ pada yang bekerja di Bank apapun itu, mikirin dosa sendiri aja udah sibuk kan yah?

Rahasia Sukses Tya Subiakto Bisa Turun Berat Badannya Sebanyak 40 Kg dalam 18 Bulan. Mau Tahu Bagaimana?

Salah satu yang menjadi inspirasi saya menulis, biasanya pengalaman saya atau pengetahuan saya akan hal-hal baru. Kadang sambil memikirkan ingin menulis apa, saya juga window shopping pada beberapa online store. Selain melihat dress muslimah, saya juga suka melihat dompet wanita original, ya menyenangkan saja. Tapi sayangnya setelah beberapa saat, saat tidak juga mau menulis. Yasudah akhirnya pada tulisan ini saya posting kembali sebuah artikel yang pernah saya buat saja ya hehe.

Tulisan ini terinspirasi dari perkataan sahabat saya setelah menonton reality show kecantikan dari negeri ginseng, begini katanya “Tidak ada perempuan yang tidak cantik, tapi ada banyak perempuan yang malas.”

Tahu film Hafalan Shalat Delisa? Hem, atau film Obama Anak Menteng? Mungkin banyak yang tidak sadar, Tya Subiakto adalah salah seorang dibalik pembuatan dua film tersebut, tepatnya sebagai penata musik. Tya Subiakto merupakan perempuan kelahiran tahun 1979 yang menjalani karir sebagai komposer, konduktor, penata musik, dan juga sutradara film Indonesia. Ia merupakan orang ‘di balik layar’ sehingga mungkin RulaWoman tidak familiar dengan nama ataupun wajahnya. Menariknya, Tya sudah diundang dalam beberapa talkshow di stasiun tv untuk bercerita mengenai pengalamannya menurunkan berat badan.

Seperti diungkapkan Tya, ia senang makan gorengan atau cemilan lainnya saat bekerja. Sebagian besar pekerjaannya yaitu menata musik tidak mengharuskan Tya ke luar ruangan, mungkin ia bisa di dalam ruangan seharian. Ditambah setelah hamil memang ia tidak mudah menurunkan berat badan. Sampai suatu hari, setelah rapat, Tya Subiakto tidak dapat bangun dari tempat duduknya dan merasakan sakit di area perut. Ia kemudian mengunjungi internis dan ternyata livernya sudah tertutup lemak. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu kesehatan dan berisiko tinggi menjadikan ia pesakitan, karena berat badannya yang berlebihan.

Demi anak-anaknya, Tya Subiakto merasa ia harus sehat. Tentunya tidak hanya melalui obat namun dengan menjalani pola hidup, termasuk pola makan yang benar. Akhirnya Tya Subiakto mengungkapkan 5 No Rules yang ia aplikasikan mehari-hari hingga beratnya turun empat puluh kilogram dalam 1,5 tahun. Tadinya berat Tya 92 kg dan sekarang menjadi 52 kg.

sumber foto tipsdiet.net

1. No Nasi

Tya Subiakto merasa ia perlu menghindari nasi karena ia merupakan keturunan penderita diabetes. Tentu kamu boleh menghindari nasi, tapi perlu diingat dalam sehari tubuh kita memerlukan karbohidrat sebanyak 65%. Nasi tidak membuat tubuh gemuk seketika kok, kecuali jika mengonsumsi nasi secara berlebihan. Salah satu sumber karbohidrat ialah nasi. Jika memang ingin menghindari nasi karena kandungan gula didalamnya, kamu dapat berhalih pada karbohidrat yang mengandung banyak serat seperti kentang, umbi-umbi-an, atau havermut.

2. No Minyak

Kamu pasti tahu kalau salah satu yang menyebabkan kegemukan adalah lemak berlebihan, bukan? Tapi tetap perlu diingat bahwa pada kadar tertentu, tubuh kita membutuhkan lemak. Makanan yang mengandung lemak tersusun dari asam lemak. Asam lemak terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Konsumsi asam lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan memicu penyakit jantung. Sedihnya, minyak yang kita konsumsi sehari-hari alias minyak sawit itu 50% tersusun dari asam lemak jenuh. Disamping itu, minyak sendiri sudah mengandung kalori loh. Jika ingin beralih pada minyak yang asam lemak jenuhnya rendah, bisa memilih minyak kanola atau minyak jagung. Pada dasarnya, banyak makarna yang kita suka membutuhkan minyak dalam pembuatannya bukan? Ohiya, tapi harga minyak kanola dan minyak jagung lebih mahal.

3. No Gorengan

Ya minyak sawit saja kalau berlebihan akan meningkatkan kalori dan asam lemak jenuh, apalagi gorengan. Nah, untuk yang hobi ngemil gorengan mungkin bisa beralih ke buah potong seperti Tya Subiakto.

4. No Santan

Dikutip dari klikdokter.com, santan, terutama jenis yang rendah lemak, boleh dikonsumsi dalam jumlah yang sewajarnya (1-2 kali per minggu). Namun jika RulaWoman sangat suka makanan yang mengandung santan, wah hati-hati tentu dapat merusak pola makan yang baik.

5. No Gula

Konsumsi gula akan memicu produksi lemak di dalam tubuh. Gula bersifat adiktif, yang membuat kita kecanduan dan rendering merasa velum kenyang. Pada dasarnya buah pun mengandung gula, namun kandungan gula pada buah yang bernama fruktosa lebih baik untuk dijadikan cemilan jika dalam sehari sudah banyak mengonsumsi makanan manis.

sumber foto blackdiamondbuzz.com

Nah itu tadi 5 hal yang dijalankan Tya Subiakto ditambah penjelasan dari penulis hehe. Dalam sebuah acara talkshow, Tya mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu banyak berolahraga lebih sering stretching saja agar tube ‘tidak kendor.’ Berikut adalah rangkuman pola makan Tya Subiakto.

  • Menu Pagi Hari: Satu buah lemon dippers, lalu airway diminum langsung tanpa ditambahkan apapun. Setelah itu minum jus pepaya, tomat, nanas, apel, dan wortel, masing-masing satu gelas dan hanya ditambahkan air dalam pembuatannya. Lalu diakhiri air putih.
  • Menu Siang Hari: Cenderung bebas, namun menerapkan 5 No Rules tadi. Ya bisa saja makan steak yang dibakar, atau mudahnya makan makarna yang direbus atau dikukus.
  • Menu Malam Hari: Cenderung sama dengan pagi hari, yaitu konsumsi jus yang dibuat tanpa gula sama sekali. Terserah jus apa saja.
  • Dalam satu minggu, Tya Subiakto menyiapkan hari Minggu sebagai cheating day untuk makan bebas agar tubuh dan nafsu makannya tidak ‘merasa dipenjara.’

Itu dia hal-hal yang membuat Tya Subiakto sukses turun 40 kg dalam 18 bulan. Semoga yang punya target turun berat badan segera tercapai ya 🙂

4 Perlakuan Mengecewakan Interviewer yang Saya Mengerti Setelah Menjadi Interviewer dalam Wawancara Kerja

Masih saya ingat waktu-waktu saat saya mengalami proses wawancara. Baik wawancara untuk magang, dan untuk kerja. Ada beberapa perlakuan interviewer yang membuat saya kecewa saat wawancara kerja. Iya perlakuan yang membuat saya berpikiran negatif, hiks. Padahal sebenarnya belum tentu negatif, saya akhirnya mengerti sebab dari kelakuan interviewer karena tiba saatnya saya pun melakukan interview di kantor. Ini cerita saya.

o-job-interview-facebook

Sumber gambar dari sini.

1) Saat interviewer sibuk melihat laptop, padahal saya sedang menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

Saya tuh suka baper gitu, merasa “penjelasan gue jelek banget apa ya sampai ga diperhatiin gini, hiks.” Terus jadinya saya mencoba tetap senyum dan santai, padahal hati nggak karuan.

Kenyataannya:

Saat saya menjadi interviewer, saya sendiri bahkan bawa-bawa laptop ke ruang interview. Deg! Saya jadi ingat betapa sedihnya saat interviewer lebih sering melihat laptop daripada fokus pada saya saat wawancara. Tapi……….saya butuh bawa laptop karena memang banyak pekerjaan. Saya bukan bawa laptop saja, melainkan saya BUTUH bawa laptop. Kadang interview yang dilakukan belum terjadwal sebelunya atau diberitahu baru pada pagi hari. Saya rasa, sekalipun jadwal interview diberitahukan seminggu sebelumnya pun, kemungkinan saya akan membawa laptop tetap besar.

Ya mau bagaimana? Banyak yang perlu dikerjakan. Sementara kami (saya dan rekan kerja) butuh bantuan dari staff baru. Kalau tidak ada rekrutmen, mau sebanyak apa pekerjaan kami nanti.

2) Saat interviewer lebih dari satu orang dan mereka mudah sekali keluar-masuk pada saat proses wawancara berlangsung.

Saya kadang agak baper juga kalau interviewer lebih dari 2 orang, tapi mereka malah keluar-masuk ruangan. Ya agak jadi distraction aja. Terus kesannya tidak dihargai gitu, bagi saya. Huhuhu maafkan hamba yang baperan ya Allah.

Kenyataannya:

Satu departemen berisi beberapa orang dan saat ada orang baru mau direkrut, jelas saja kami ingin melihat dengan langsung seperti apa orangnya. Bagaimana cara bicaranya, apa alasannya mendaftar lowongan kerja dsb. Jadi ya kami sebenarnya excited sekaligus penasaran dengan orang baru, tapi…….kadang interviewer-interviewer dipanggil atasan mendadak. Atau ada meeting yang jadwalnya berbenturan dengan jadwal interview, namun tetap ingin melihat calon yang di-interview. Atau memang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, tapi merasa perlu melihat si calon pekerja baru. Ya banyak sekali alasan mengapa seorang interviewer keluar-masuk ruangan.

Saya sendiri pernah diminta manager untuk jadi interviewer, namun saya menolak karena load pekerjaan yang cukup menyita waktu. Namun akhirnya saya pun masuk ruangan interview selama 10 menit karena saya butuh tahu kemampuan Ms. Excel si calon pekerja baru dengan cara mengetes sendiri kemampuannya di laptop saya.

3) Pada saat interviewer sibuk dengan handphone atau bahkan menerima panggilan dalam tempo yang tidak sebentar.

Saat sedang menjelaskan dengan semangat, berapi-api layaknya semangat pejuang muda saat kemerdekaan, ealah Bapak interviewer malah menerima panggilan telepon dan fokusnya bukan ke saya. Again, saya sedih pemirsa. Tapi harus tetap senyum dan semangat kan ya? Yuk lah demi kehidupan yang lebih baik.

Kenyataannya:

Sebenarnya menarik dan penasaran saat mendengarkan pemaparan calon pekerja baru, apalagi kalau calon pekerjanya cerdas. Tapi……kalau atasan menelepon dan memang ada pekerjaan penting……itu deh yang menang. Ya maunya mendengarkan penuturan si calon pekerja, tapi apa daya kebutuhan laporan ke atasan atau ditanya rekan kerja tidak bisa dihindari. Maafkan saya ya Mbak-Mbak semua yang pernah tidak saya perhatikan dan justru angkat telepon, bukan maksudku Mbak.

4) Pada saat ada interviewer yang sama sekali tidak fokus dengan penjelasan saya, dari awal hingga akhir proses wawancara.

Sudah paling sedih lah ya kalau dari awal sampai akhir kamu nggak perhatian sama aku? Jadi hubungan kita cuma sebatas ini? EH jadi salah fokus saya, hihihihi. Dari beberapa interviewer, pernah ada dalam kehidupan saya seorang interviewer yang datang hanya sebentar dan tidak fokus pada saya selama sesi wawancara. Saya? Wah, ya tetap senyum SPG ditambah menjawab sejelas mungkin layaknya customer service.

Kenyataannya:

Saat saya hanya sebentar masuk ruangan interview untuk mengetes kemampuan Ms. Excel, nah pada saat itu saya pun tidak terlalu fokus pada calon pekerja. Saya hanya masuk ruangan, memperkenalkan diri, menjelaskan kalau sata mau mengetes, lalu menyodorkan soal dan laptop. Sisanya saya biarkan si calon pekerja mempergunakan laptop saya, saya nya sibuk dengan handphone. Saya sibuk dengan handphone dengan perpaduan balas chat penting sambil mikirin apa pekerjaan yang masih ditunggu. Bukannya tidak mau memperhatikan, tapi ya saya memang tidak pintar-pintar amat sehingga banyak hal yang belum selesai.

Nah itulah hal-hal yang saya mengerti setelah mengalami sendiri bagaimana menjadi seorang interviewer. Sehingga sebelum wawancara biasanya saya membuka dengan intro “Mbak, jika nanti saya atau rekan kerja saya sibuk melihat laptop atau hp, bukan berarti kami tidak menghargai Mbak ya. Kami juga ada kerjaan yang ditunggu-tunggu.”

Pada dasarnya saya butuh tahu karakteristik calon rekan kerja baru dengan bertemu dan mewawancarainya, tapi kerjaan saya belum selesai. Huhuhu, untuk Mbak-Mbak yang sakit hati semoga dimaafkan. Untuk Mbak-Mbak yang sakit hati dan mencoba ikhlas, semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik 🙂

 

 

Magang di Kantor Pusat The Body Shop Indonesia

Akhir-akhir ini saya gelisah. Salah satunya memikirkan beberapa pesan yang belum dibalas, baik melalui email, whatsapp, dan LINE. Beberapa orang ternyata tertarik dan ingin tahu mengenai pengalaman saya saat magang di The Body Shop Indonesia (TBSI). Berhubung yang bertanya sudah lumayan banyak #EA. Jadi saya dedikasikan tulisan kali ini untuk kamu-kamu semua yang tertarik magang di kantor pusat TBSI.

1. Kak, dulu bagaimana daftar magang di TBSI?

Jadi saya lebih percaya bahwa mendaftar magang kepada orang yang kita kenal atau setidaknya dikenal senior atau teman akan lebih efektif, disbanding kalau saya tidak ada koneksi apa-apa. Berhubung saya nggak ada kenalan sama sekali di TBSI, jadilah saya bertanya ke beberapa orang. Saya tanya Ibu, Ibu pun nggak ada teman yang bekerja di TBSI. Akhirnya saya tanya melalui whatsapp ke grup-grup yang saya punya.

Salah satu senior saya di SMA yang kami tidak pernah bertemu di sekolah dulu namun kami sama-sama anggota Rohis, mengabarkan bahkan ia memiliki kenalan orang yang kerja di TBSI. Setelah saya kontak senior tersebut, ternyata ia pernah ikut komunitas Diet Kantong Plastik yang salah satu kegiatannya berafiliasi dengan TBSI. Wow, berarti bukan kanal secara langsung ya. Tapi nggak apa-apa, namanya juga usaha. Maju terusss!

Senior saya memberikan kontak seseorang yang bernama Mbak Dita Agustia. Saya hubungi Mbak Dita melalui whatsapp, saya kenalkan diri dan saya jelaskan darimana saya dapat kontaknya. Alhamdulillah, Mbak Dita sangat membantu. Awalnya saya siapkan beberapa hal yaitu:

  • CV
  • Surat Resmi Permohonan Magang dari Kampus

Dokumen tersebut saya berikan kepada Mbak Dita melalui email untuk kemudian ia teruskan kepada bagian HR. Setelah itu, saya pun diminta untuk ke kantor pusat untuk ngobrol-ngobrol sebentar sebelum efektif masuk kerja pada awal Februari 2016.

Untuk kamu-kamu semua yang mau magang, siapkan dokumen diatas dan lebih bagus jika kamu ada proposal magang. Lalu lakukan salah satu dari dua hal dibawah ini.

  • Kirim dokumen melalui email ke martinus-kukuh@thebodyshop.co.id dengan subject: [MAGANG]
  • Kirim dokumen langsung ke kantor pusat TBSI yatu PT Monica HijauLestari yang beralamat di Sentosa Building, Bintaro Jaya Central Business District, Jl Prof. Dr Satrio, Blok A3 No. 5, Tangerang, Indonesia 15224. Dokumennya ditujukan pada Martinus Kukuh – Human Resources Department, The Body Shop Indonesia

Dua-duanya sama efektifnya kok. Karena saya bertemu dua teman magang juga yang aplikasi magangnya diajukan dengan mengirimkan dokumen langsung ke kantor pusat.

satsuma-energising-body-butter-3-640x640

Salah satu alasan mau memilih Subjekt skripsi TBSI ialah karena saya suka produknya. Terutama varian Satsuma, hemm wanginya segar. Sumber gambar: thebodyshop.com

2. Kak, berapa lama proses aplikasi sampai diterima magang?

Satu bulan kalau tidak salah. Sebenarnya bisa lebih cepat, mungkin 2 minggu pun bisa. Saat saya mengajukan magang bertepatan dengan waktu awal libur semester, sehingga saya sendiri sempat lupa follow up ke Mbak Dita.

3. Kak, magangnya berapa lama?

Saya magang selama 2 bulan. Mas Kukuh pernah bilang ke saya kalau minimal waktu magang itu 1 bulan.

4. Kak, waktu interview magang ditanya apa saja?

Saya tulisnya ‘ngobrol-ngobrol’ bukan interview karena memang cukup santai. Saya ditanya kenapa mau magang di TBSI, apa yang saya harapkan, jadi ya saya jawab sesuai keadaan dan kebutuhan saya.

5. Kak, magangnya dibayar nggak atau ada uang transportasinya nggak?

Waktu saya magang, nggak dibayar dan nggak ada uang transportasi. Jadi ya unpaid internship. Saya mengajukan magang untuk keperluan penelitian skripsi dan pada saat itu memang sedang tidak dibutuhkan posisi magang apapun. Sehingga dengan pihak TBSI menerima aplikasi magang saya saja, saya sudah bersyukur.

Setelah saya selesai magang yaitu April 2016, saya tetap keep contact dengan Ibu Rahma yang merupakan Manager HR Operation di TBSI. Lalu sekitar satu bulan kemudian, Ibu Rahma mengubungi saya melalui whatsapp, minta dicarikan anak magang karena TBSI sedang butuh beberapa anak magang dan dibayar sejumlah Rp. 100.000 per hari. Jadi ya kalau dibilang magang di TBSI pasti tidak dibayar, belum tentu.

Atau kalau kamu mau dibayar, negosiasi saja di awal. Saya tidak melakukan negosiasi karena saya butuh penelitian yang mana itu akan merepotkan, ditambah saya perlu izin tidak masuk pada hari-hari tertentu terkait bimbingan skripsi dengan dosen. Kenapa saya bisa sampai tidak masuk hanya untuk bimbingan skripsi, simply karena menyesuaikan dengan jadwal dosen tidak mudah ditambah lokasi magang di Bintaro dan kampus saya di Depok. Sesuatu sih itu.

wild-argan-oil-sublime-nourishing-body-butter-3-640x640

Kalau kamu suka wangi yang lebih anggun #apacoba, varian wild argan oil manis sih wanginya. Sumber gambar: thebodyshop.com

6. Kak, asik nggak magang disana?

Alhamdulillah, menyenangkan sih menurut saya. Coba ya saya recall pengalaman saya dulu.

  • Fasilitas

Saya diberikan meja, dipasangkan PC sehingga saya tidak perlu bawa laptop. Akses internet sebenarnya sangat diproteksi karena hanya karyawan saja yang bisa akses. Satu user karyawan pun hanya bisa pada satu PC sebenarnya. Namun entah bagaimana diusahakan sehingga akhirnya PC saya bisa terkoneksi internet. Yeay!

Toilet bersih, mushalla ada walaupun kecil. Ada dapur dan ada coffe maker, jadi seharian saya bisa bebas minum milo, kopi, orange juice juga ada kok. Setiap Jumat pagi ada kajian Islam di mushalla. Kajian tersebut merupakan inisiasi dari Ibu Didiet selaku Manager General Affairs, yeah makasih Ibu Didiet.

  • Rekan Kerja

Awalnya juga saya kaku-kaku nggak telas gitu, masih malu. Lalu sambil berdoa supaya Allah mudahkan interaksi saya dan orang-orang TBSI, saya pun membuka diri. Alhasil saya nggak kaku dan bisa ngobrol dan bercanda deh dengan karyawan-karyawan di HR. Apalagi di HR Department tuh pada sering bercanda hehehe.

  • Pekerjaan

Jadi saya magang pada HR Department TBSI. Deskripsi tugas saya macam-macam, mulai dari mengurus dokumen pembayaran gaji yang harus dilaporkan ke pemda, membuat presentasi, input data dan cek data pada HRIS (Human Resource Information System), pengarsipan, hingga membantu orang recruitment saat ada banyak CV masuk.

Kalau dikatakan padat atau tidak, menurut saya tidak. Bahkan saya punya waktu untuk update skripsi dan baca jurnal. Hehehehe. Ya lumayan fleksibel lah. Kadang bahkan seharian kerjaan saya sedikit, saya lebih banyak sebar kuesioner ke karyawan-karyawan. Ya intinya apapun, saya izin terlebih dahulu dengan Mas Kukuh.

  • Pakaian Kantor

Wah, pakaian sih apa saja boleh selama bukan kaos. Ya mau jeans kek, sneakers kek, silakan sist and bro.

7. Kak, kantornya jauh ya di Bintaro?

Iya jauh nih. Tapi tenang, disana bisa naik commuter line dan ada shuttle gratis. Baca saja tulisan aku yang ini.

Last but not least, saya belajar banyak dari pengalaman magang saya ini. Lelahnya saya berpergian dari rumah ke Bintaro, kadang lanjut ke Depok, merupakan pelajaran bahwa semua hal perlu usaha. Lelah sudah pasti, namun pada akhirnya selesai juga. Saya juga bertemu Ibu Didiet yang seorang Manager tapi kalau sudah berbagi cerita dengan saya layaknya teman, padahal anaknya sudah dua. Alhamdulillah sekali, makasih Allah 🙂

 

Menyatakan Cinta pada 22 November

Ada banyak hal yang tersimpan dalam memori saya, salah satunya mengenai pertemanan. Hari ini, seorang teman bertambah umurnya. Saat ini, saya bahkan belum memberikan ucapan selamat. Saya lebih ingin menuangkan apa yang selama ini saya rasa, saya alami, dan saya ambil hikmahnya setelah mengenal teman saya yang satu ini.

Kesan Pertama

Organisasi kemahasiswaan ialah sarana bertemunya saya dan dia. Awalnya, saya dengan sombongnya berpikir bahwa teman saya ini tidak keren dan saya malas juga sepertinya menjadi ‘dekat’ dengan dia. Sejujurnya pikiran seperti itu muncul karena penilaian saya akan penampilan. Yeah, hanya karena bagi saya cara berpakaiannya tidak menarik maka saya serta merta berpikiran buruk. Hello, siapa gue coba kan? Ya, itu masa salu lah ya. Memang tidak perlu dicontoh. Huhuhuhuhu *nangisdipojokan

Mengenal Lebih Dekat

Tahun berganti, ternyata saya dan dia masih bertahan pada organisasi yang sama. Mulailah kami ‘bersentuhan’ dalam berbagai kepentingan. Semua masih biasa saja. Interaksi saya dan dia masih wajar, belum ada benih cinta sama sekali #EH. Hal-Hal yang kami lakukan belum sampai personal talk, masih banyak mengenai kegiatan organisasi. Selang beberapa waktu, akhirnya kami saling mengenal tapi saya rasa belum pada kategori ‘dekat.’

Tahun Ke-2, Konflik Melanda

Saya mengajak beberapa teman untuk mengikuti konferensi di Turki. Tentu sebelumnya saya perlu melakukan penelitian, salah satu yang saya ajak adalah teman saya ini. Awalnya kami sama-sama bersemangat, bergairah melakukan penelitian hingga mencari sponsor. Saat penelitian telah berjalan, ternyata sifat-sifat kami bertabrakan. Saya yang fast and furious, sementara dia lebih kepada alon-alon asal kelakon. Saya tidak kenal istirahat, semua harus progress. Saya tidak kenal excuse, maklum anaknya idealis. Bukan berarti teman saya ini tidak idealis atau berkebalikan dengan saya. Namun, memang pendekatan kami dalam memahami sesuatu berbeda, cara kami bereaksi pun berbeda. Berbeda, jauh. Akhirnya, saya yang straight to the point ini secara tidak langsung ‘mengeluarkan’ dia dari penelitian ini. Saat itu saya pikir ‘Ya bodo amat, nggak ada lo juga gue jadi makin pintar karena usaha gue bakal lebih. Gue bakalan lebih banyak belajar.’ Saya tidak memiliki nurani sedikitpun untuk mencoba berbicara dari hati ke hati dengan dia. Kehidupan keras bung, semua perlu usaha, tidak ada tuh yang namanya moody-moody. Ya, itu saya, saya yang dulu. Sejak saat itu, pertemanan kami renggang. Ih, malas sekali saya lihat wajahnya. *anaknyasukajahat

Saling Memahami

Saya lupa mulai kapan, tahu-tahu saja kami menjadi ‘dekat.’ Banyak cerita yang kami bagi, banyak kegalauan yang kami tukar. Banyak tawa dan canda antara obrolan kami. Ya, ternyata kami memiliki salah satu latar bekalang yang sama hingga muncul perasaan ‘senasib.’ Setidaknya itu yang saya rasa. Saya mulai menalar bahwa teman saya ini ternyata menyenangkan untuk diajak bercerita, cocok untuk diajak bercanda.

f10a660972dabb14aeab87ccf27de2c8

Sumber dari sini

Jalan-Jalan dan Bercanda-Canda

Saya yang memang senang pergi sana-sini, sering mengajak dia untuk ikut. Asyiknya, dia juga sering mau. Dari jalan-jalan ke mall, hingga ke moneychanger. Dari naik uber, hingga jalan kaki sampai keringat bercucuran. Saya biasanya suka menggoda dia, biasanya saya bercandain hingga saya puas. Tapi bercandaan saya tidak patut dicontoh hahaha. Hal yang saya jadikan candaan ya saya mem-bully teman saya ini didepan orangnya langsung. Terus saya berakhir ketawa-tawa, nanti dia juga ikut senyam-senyum atau paling parah saya digigit paling #LAH. Tapi saya tidak kapok, saya gangguin saja dia terus. Habis bagaimana ya, asyik gitu. Terus saya suka nempel-nempel dia, pegangin tangannya, cubit-cubit, sampai dia teriak-teriak. Kadang bahkan dia mencubit balik. Yaudah deh saya berhenti. Tapi cuma 10 menit, abis itu lanjut lagi gangguin. Hahahaha.

Hobi Makan dan Beli Baju

Berhubung saya suka kemana-mana, tentu saya menemukan berbagai macam jajanan dari yang murah hingga yang mahal. Apalagi kalau ke mall, wah banyak sekali pilihan baju yang bisa dibeli. Ternyata, teman saya ini juga suka makan dan suka beli baju. Wah sepaket lah saya dan dia. Kalau lagi di kampus, jajanan kita bisa macam-macam. Awalnya makan di kantin, selesainya makan tahu jletot, abis itu makan snack seminar, masih juga cemilin bread talk. Itu semua kami lakukan berdua, saya makan dan dia makan. Tapi saya masih waras, saya tahu bahwa hemat itu perlu. Pada suatu kesempatan kami pergi berdua ke mall, saya bilang “Eh kita makannya berdua aja yuk, kalau kurang baru kita beli lagi. Kan seharusnya makan nggak sampai kenyang.” Teman saya setuju, akhirnya kami makan sepiring berdua. Romantis bukan? Eh dasarnya suka makan, kami pun beli satu porsi makanan lain. Bahkan diakhiri makan kue cubit juga. Sesuatu banget lah kelakukan saya dan dia ini. Begitupun dalam hal beli baju. Dengan rezeki yang Allah Swt berikan, banyak hal yang bisa kami beli. Paling suka kalau ada pameran, banyak baju muslimah-friendly gitu. Awalnya saya kira dia tidak suka membeli baju tanpa ada rencana, ternyata sama saja dengan saya, hihihihi.

Mulai Cinta

Saya sadar betapa teman saya ini telah memiliki ‘tempat’ spesial di hati saya. Dari awalnya saya malas dekat-dekat dan bahkan sedari awal tidak ingin menjadikan dia sebagai ‘inner circle.’ Tapi sekarang berkebalikan. Betapa Allah Swt ialah Maha Kuasa yang bisa membolak-balikkan hati. Bahkan dengan menjadi dekat dengan teman saya ini, ada sebuah pemikiran baru yang muncul.

Sebagaimanapun aneh penampilan seseorang, semalas apapun orang tersebut, setidakmeyakinkan apapun cara bicaranya. Perlakukan ia sebaik mungkin. Karena orang tersebut ialah kesayangan dari orang lain. Pikiran itu muncul karena ada suatu rasa dalam hati saya, sebuah keinginan agar teman saya ini selalu diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Selalu disayang sebagaimana saya menyayanginya.

Saya rasa itu saja yang mau saya tuliskan karena saya mengantuk, hehe. Selamat ulang tahun ya buat kamu yang berulang tahun. Kamu tahu kan kalau saya sayang sama kamu? Cium boleh tidak? Haha, bisa ditabok saya. Kangen nih saya sama kamu. Kangen shalat bareng, kangen ibadah bareng. Oriya, saya pun punya birthday wishes buat kamu, tapi biar Allah yang tahu aja ya 🙂

Semoga pertemanan sederhana kita berlanjut di syurga ya.

 

 

I watch this on Saturday and I cried

“Somehow I realised my mother gives me the so called unconditional love. Because my choices always up to me, she never really forced me into anything. She nourished me, feed and watered me, so I can stand up because I am fully equipped with almost whatever I need.” – 12.23 on LINE chat.

A friend of mine told me to watch a ted video about over-parenting. I cried after seeing the video. I was moved and I recap all episodes of my life until now. Then I realized I can’t be more proud of my mom. She never forced me to become what she wants, she gives me advices and never doubt my choice even though it is something different.

Julie Lythcott-Haims: How to raise successful kids without over-parenting

You should watch this too. Hope you’ll find it inspiring 🙂

Catcall & Dilema Muslimah Milenial

Salah satu hal yang menjadi obrolan antara saya dan sahabat saya sejak kami menginjak masa SMA ialah mengenai masteng alias mas-mas tengil. Dhea, sahabat saya, paling malas jika saya minta diantar ke pangkalan ojek setelah main di rumahnya. Alasannya ia malas kalau masteng-masteng berisik, bahasa kerennya sih catcall.

catcall

Pronunciation: /ˈkatkɔːl/

A loud whistle or a comment of a sexual nature made by a man to a passing woman. – oxforddictionaries.com

Ya catcall kalau ditranslasikan ke Bahasa Indonesia semacam ‘digodain abang-abang di jalan.” Wgwgwgwg maaf ngarang, maafin Baim yha? Nah salah satu hal yang ambigu dan menjadi bahan pikiran saya ialah saat ada mas-mas atau bapak-bapak yang saat ada perempuan seperti gue (baca: berkerudung) lewat, langsung bilang “Assalamualaikum Neng.”Nah loh, salam harusnya di jawab kan ya? Jawab salam dalam hati boleh kan ya? Duh bingung, phone a friend boleh? Atau 50:50 deh nggak apa-apa. #dikira who wants to be a millionaire.

Sementara ada beberapa asumsi di pikiran saya mengenai mas-mas pelaku catcall “Assalamualaikum Neng” ini:

  • Iseng, ganjen, genit, nggak bisa lihat perempuan lewat dikit.
  • Perempuan yang lewat cantik, eh kebetulan pakai hijab, ya sapa dikitlah.
  • Masha Allah, jilbabnya rapi. Jadi pingin biläng “Asslamualaikum Beijing”*lah?
  • Mas nya sebenarnya bukan catcall tapi lagi social experiment kekinian untuk mengucapkan salam.
  • Mas nya terlalu religius hingga menjalankan sunnah mengucapkan salam bahkan kepada orang tak dikenal, kebetulan wajahnya emang tengil.

Nah tuh, banyak kan asumsinya? Atau kamu ada asumsi lainnya? Share atuh di kolom komentar. Ya sebenarnya bisa saja saya berprasangka baik aja gitu ya, saya anggap aja mas nya terlalu religius seperti poin terakhir. Tapi saya takutnya menjawab salam malah bikin mas-masnya menjadi-jadi. Menjadi rajin mengucapkan “Assalamualaikum Neng” pada ciwi-ciwi yang lewat selanjutnya. Lah, nggak apa-apa sih ya harusnya. Mengucapkan salam kan artinya indah-indah apa gitu.

Dikutip dari muslimah.or.id,berkata sebagian ulama bahwasanya salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalaamu ‘alaik’ berarti Allah bersamamu atau dengan kata lain engkau dalam penjagaan Allah. Sebagian lagi berpendapat bahwa makna salam adalah keselamatan sehingga maknanya ‘Keselamatan selalu menyertaimu’. Yang benar, keduanya adalah benar sehingga maknanya semoga Allah bersamamu sehingga keselamatan selalu menyertaimu.

Nah, sweet kan artinya? Setiap memberikan dan menjawab salam seperti menebarkan doa-doa kebaikan di sekeliling kita. *lap air mata #ceritanya terharu. Ada satu kejadian yang cukup membekas di benak saya. Waktu itu sore hari, saya cukup lelah dan sedang berjalan kaki ke arah rumah.

Ita: *jalan kaki, wajah lelah, udah bayangin kamar ber-AC

Bapak Tak Dikenal: Assalamualaikum! *sambil ngeliatin saya, wajahnya senyum, entah senyum maksudnya apa karena saya hanya lihat dari ekor mata.

Ita: *saya lempeng, jalan terus

*beberapa detik berlalu, diiringi backsound desingan kendaraan area pinggir jalan

Bapak Tak Dikenal: Waalaikumussalam…Neng. *suaranya agak teriak dan buru-buru, entah doi kaget karena saya nggak jawab atau kenapa.

Ita: *tetap lempeng

Saat itu sebenarnya saya nggak tega nggak jawab salam Bapaknya. Saya jawab sih dalam hati gitu. Tapi sampai Bapak Tak Dikenal jawab sendiri kan kayaknya sesuatu gitu. Jangan-Jangan Bapaknya berniat baik lagi? Duh Gusti, jangan jadikan ini dosa saya. Aamiin. Biasanya sih saya kalau ada yang catcall cuek. Kecuali jika saya yakin mas-mas atau bapak-bapak yang mengucapkan salam berwajah tulus (apa coba indikator wajah tulus? Ya kek wajahnya Tulus yang nyayi “mereka panggil aku gajah” itu #ngaco), biasanya saya jaba salamnya tanpa melihat ke arah mereka dengan keadaan wajah saya nggak tersenyum dan nggak cemberut, ya semacam wajah serius menghadapi hidup #apasih.

Nah kalau menurut kamu, kalau akika di “Assalamualaikum Neng”, akika harus apa?

Antara Membuat NPWP Online atau Langsung ke Kantor Pajak

Tibalah saatnya saya  perlu membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP yang saya butuh adalah NPWP Orang Pribadi. Penasaran juga sih ya, apa coba fungsi NPWP. Ya kalau sekadar untuk memudahkan pembayaran pajak sih sudah pasti. Setelah cari tahu dengan googling, saya pun lebih mengerti bahwa memang NPWP ialah identitas pajak untuk segala administrasi perpajakan dan bahkan NPWP sering menjadi syarat beberapa hal seperti pengajuan kredit bank atau saat melamar kerja di perusahaan tertentu.

Awalnya saya kira semua yang memiliki pekerjaan pasti mempunyai NPWP. Ternyata tidak semua orang perlu mempunyai NPWP. Orang yang memiliki usaha dan orang yang memiliki penghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) saja yang harus memiliki NPWP. Nah, untuk yang bekerja di perusahaan, besaran PTKP orang seperti saya yang belum menikah ialah Rp 54.000.000 per tahun. Sehingga kalau penghasilan saya di bawah Rp 4.500.000 per bulan, saya pun tidak wajib memiliki NPWP. Nominal untuk PTKP sudah diperbarui dalam Siaran Pers Kemenkeu tanggal 24 Juni 2016 yang bisa kamu download disini.

Membuat NPWP Online

Berhubung katanya (kata siapa coba?) bisa buat NPWP online, saya pun berniat membuat NPWP secara online. Biasanya kan yang online online cepat dan praktis tuh. Ojek online, cepat datangnya. Lapar tapi malas keluar rumah, delivery online solusinya. Jadilah saya buka https://ereg.pajak.go.id/online/index untuk mendaftar NPWP Orang Pribadi. Saya daftar online pada hari Senin, 5 September 2016. Berdasarkan sumber ini, termohonan NPWP online saya akan diproses dalam 14 hari kerja. Jika ingin lebih cepat, dapat menelepon ke kantor pajak tepat 1 jam setelah mengajukan permohonan NPWP online. Berhubung saya daftar onlinenya menjelang tengah malam, saya yakin kalau satu jam lagi saya telepon ya nggak akan ada yang angkat.

Besoknya saya telepon ke kantor pajak yang tertera dalam Status Pendaftaran NPWP saya. Eh nggak diangkat panggilan telepon saya. Saya ulangi beberapa kali, nggak diangkat juga. Lalu hari Rabu saya telepon lagi, sama loh ya, belum diangkat juga. Akhirnya pada hari Kamis, saya mendapat pemberitahuan bahwa saya harus segera memiliki nomor NPWP. Waduh! Akhirnya saya telepon lagi dan kali ini diangkat! Yeay Alhamdulillah! Saya pun melakukan konfirmasi persyaratan dokumen yang perlu dibawa jika ingin membuat NPWP langsung di kantor pajak. Beberapa pengalaman teman sih membuat NPWP langsung di kantor pajak itu mudah dan cepat, langsung jadi gitu.

npwp-online

Dokumen Persyaratan NPWP Orang Pribadi Belum Menikah

Berdasarkan konfirmasi melalui telepon dengan petugas pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jatinegara, yang dibutuhkan ialah.

  • Fotokopi KTP
  • Surat Keterangan Bekerja dari Perusahaan

Berhubung akika masih Trainee (hihi tapi beda ya sama traineenya SM Entertainment) dan belum menjadi pegawai tetap, akika pun tak punya surat keterangan bekerja. Perusahaan juga tidak bisa memberikan surat tersebut. Alhasil, akika fotokopi deh surat perjanjian kerja setelah minta izin bagian HR perusahaan.

  • Formulir Wajib Pajak Orang Pribadi

Formulirnya bisa diunduh disini, lalu diisi di rumah. Tersedia juga di kantor pajak kok.

Membuat NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jatinegara

Pada hari Jumat yang cerah nan indah, saya pun mager. Males Gerak. Bahkan maunya santai-santai. Padahal harus ke kantor pajak yang Alhamdulillah nggak jauh-jauh banget, tapi jauh-jauh aja (hahaha, lucu ga? nggak ya? maaf deh). Terlebih hari Jumat itu ada shalat Jumat, nanti kantor pajaknya tutup lebih cepat nggak ya? Hemph, harus rajin! Akhirnya saya bersih-bersih dan pesan gojek ke kantor pajak. Bismillah!

Duh deg-deg-an hati ini, karena saya sampai di kantor pajak tukul 11.00, kan takut tutup gitu. Mendekati pintu masuk saya lihat semacam mesin antrian, saya tekan saja bagian untuk pendaftaran NPWP. Dapat deh nomor antrian A-052. Sembri menunggu antrian, saya ambil formulir wajib pajak orang pribadi dan saya isi.

NPWP Kantor Pajak.jpg

Yeay tepat pukul 11.26, petugas pajak memberikan saya kartu NPWP gitu. Akhirnya saya bisa pulang dengan tenang. Alhamdulillah! Ohiya, kayaknya kantor pajak tetap istirahat pukul 12.00 sekalipun hari Jumat. Soalnya setelah selesai mengurus pendaftaran NPWP, saya masih menunggu untuk pesan gojek dan kantor pajaknya masih belum tutup.

Semoga tulisan saya berguna yhaaaa! Semoga kamu yang mau buat NPWP lancar ya prosesnya.

Satu Hal yang Ingin Saya Terapkan Saat Menjadi Ibu

Ada satu hal yang saya ingin tulis sejak kira-kira satu tahun yang lalu, namun selama ini hanya berputar dalam pikiran saya saja. Alhamdulillah, hari ini saya berkesempatan untuk menulis di jurnal pribadi saya ini. Saya dan kamu tahu pasti betapa orang tua sayang pada anaknya. Betapa inginnya orang tua memenuhi apa yang diinginkan anaknya dan alangkah sedihnya saat mereka tidak bisa memenuhi hal yang diinginkan anaknya tersebut. Setuju? Mungkin pada beberapa kasus khusus tidak terjadi seperti itu.

Coba pikirkan bagaimana kebaikan orang tua kamu selama ini, mana keinginanmu yang tidak berusaha mereka penuhi selagi bisa? Mana keinginanmu yang awalnya dibilang “Tidak” namun akhirnya dikabulkan dan betapa senangnya kamu saat itu. Alhamdulillah untuk semua rezeki yang Allah Swt alirkan melalui usaha penuh peluh orang tua kita. Begitu juga dengan orang tua saya, keinginan saya yang mana yang tidak mereka usahakan? Terlebih jika saya belajar dengan benar, memenuhi ‘kriteria’ anak baik versi mereka, tinggal bilang saja maka keinginan akan dipenuhi. Bukankah kamu begitu pula?

Keinginan kita kadang berupa kebutuhan emosi yaitu kasih sayang, tapi selain itu ialah materi. Ya, materi. Lingkungan pergaulan membuat saya menginginkan beberapa hal seperti tas Jansport terkini, dress muslim cute beli di HijUp, jalan-jalan ke mal, dan lain sebagainya. Coba selama ini apa yang kamu minta ke orang tua? Baju? Sepatu? Kamera? iPhone? Puma? Gucci? The Body Shop? Ada-Ada saja yang kita inginkan mulai dari karena memang butuh, sampai antara butuh atau tidak tapi disimpulkan butuh saja. Benar? Kamu yang bijak ya in sha Allah tidak seperti saya yang labil ini.

rupiah

Sumber gambar dari sini

Segala pemenuhan keinginan yang berupa barang-barang atau kebutuhan liburan tersebut dipenuhi oleh satu hal yang kalau kata Zig Ziglar “bukan segalanya, tapi kita membutuhkannya seperti kita membutuhkan oksigen.” Apa coba? Yes, uang also known as duit. Cara orang tua memberikan uang pada anaknya tentu melalui metode yang berbeda-beda.

Saya diberikan uang per hari, bukan per bulan. Saya biasanya diberikan Rp 35.000 untuk biaya transportasi dan jajan sehari-hari. Alhamdulillahnya, orang tua saya baiknya tidak kira-kira. Ya sejumlah tersebut memang diberikan setiap hari. Tapi kalau saya ingin makan makanan yang agak sedikit mahal, boleh saja. Tiba-Tiba saya perlu ketemu seseorang di mal dan harga makanan disana setidaknya di atas Rp 40.000, dibiarkan. Kalau saya random ingin beli hadiah untuk teman saya, dipersilakan. Kalau saya ingin hari Sabtu ke mal, tidak masalah. Saya ingin beli baju terlepas butuh atau tidak, sok atuh lah. Terima kasih pada orang tua saya dan pada kartu debit yang dibekali mereka pada saya.

Selama saya laporan apa yang saya beli, apa yang saya lakukan. Ya walaupun seringnya laporan dilakukan saat pembelian telah terjadi sih. Selama pakaian atau aksesoris yang saya beli dipakai dan tidak dibeli hanya karena “ih lucu, beli ah.” Salama saya yakin hadiah yang saya beli untuk teman saya akan dipakai. Orang tua saya hanya bilang “Kamu nih pakai uang kok boros.” Namun tetap saja kartu debit tersebut diisi kembali dengan uang hasil jerih payah mereka. Saya bukan anak presiden kok yang uangnya berapa kontainer gitu, setidaknya saya dilebihkan Allah Swt akan kecukupan ini.

Poin pentingnya ialah orang tua saya tidak pernah menetapkan ‘uang bulanan.’ Saya hanya diberikan uang harian dan kartu-debit-bebas-pakai-selama-ada-alasan-rasionalnya-yang-kadang-alasannya-tidak-rasional. Iya, jadi kalau beberapa teman mengungkapkan bahwa uang bulanan mereka belum turun, saya tidak pernah benar-benar mengerti. Coba kamu refleksi diri? Apakah manajemen pemberian uang dari orang tua kamu seperti yang saya alami? Setidaknya saya dan beberapa teman terdekat saya mengalami hal yang sama. Orang tua kami tidak pernah menetapkan batas pemakaian uang. Saya mengerti itu karena rasa sayang mereka yang membuat mereka berpikir “Jangan sampai anak gue kesusahan.”

Sayangnya, saya jadi susah menabung. Iya saya bingung, bagaimana menyisihkan uang untuk menabung. Ya bisa sih sebenarnya dari uang harian, tapi kadang uang pecahan kecil sejumlah Rp 35.000 tersebut habis untuk biaya transportasi. Okelah saya bisa hemat. Eh tapi, nanti kalau saya tidak minta beli baju, uangnya tidak keluar. Kalau saya tidak request beli ini itu, ya uangnya juga tidak keluar. Secara uang pasti yang saya terima hanya uang harian tersebut, uang lainnya keluar jika saya sudah meminta. Kalau saya menabung berdasarkan jumlah saldo pada kartu debit? Tapi kan itu uang orang tua saya, nanti menabungnya wajar kalau banyak jumlahnya.

moneyquotes-002

Sumber gambar dari sini

Ya saya jadi bingung. Mau hemat juga untuk apa? Toh, kalau saya ingin sesuatu baru uang keluar, kalau saya tidak ingin apa-apa justru tidak ada uang keluar. Mau menetapkan tips cerdas finansial “alokasikan 20% pemasukan kamu untuk menabung sebelum untuk yang lain” juga susah. Lah, pemasukan saya yang mana coba? Yang Rp 35.000 itu? Atau yang Rp 35.000 ditambah keinginan-keinginan saya yang lain? Ya tinggal tabung saja dulu 20% dari uang harian yaitu Rp 7.000. Iya tidak? Eh tapi kan uang pemasukan saya sebenarnya lebih dari itu, secara pengeluaran saya masih bisa terpenuhi, berarti uang tabungan bisa lebih banyak bukan? Benar kan ya? Voila! Ujungnya saya tidak menabung-menabung.

Alhamdulillah, sejak awal 2016 saya mulai bisa menabung.

Cara Menabung Ita Sejak 2016

  • Saya rencanakan dulu apa yang ingin saya beli. Misalnya saya ingin membeli sepasang sepatu.
  • Saya cari tahu berapa harga sepatu yang saya mau baik jika sepatu tersebut diproduksi high-end brand tertentu  maupun dari brand lokal yang harganya bersahabat hingga brand lokal yang harganya mahal. Lalu saya putuskan berapa budget yang saya minta. Misalnya harga jenis sepatu yang saya inginkan paling murah Rp 150.000 dan paling mahal Rp 1.000.000, lalu saya ‘berkaca’ pada rata-rata harga sepatu yang saya miliki. Akhirnya saya putuskan untuk mengajukan permintaan budget beli sepatu sebesar Rp 600.000 pada orang tua saya. Lalu terserah orang tua saya akan mengizinkan atau tidak, bisa saja menginzinkan namun budgetnya dikurangi.
  • Setelah kesepakatan budget disetujui, saya akan berupaya semaksimal mungkin membeli sepatu yang saya suka dengan harga dibawah budget yang saya punya.
  • Voila! Sisanya akan langsung saya masukkan pada kaleng tabungan. Alhamdulillah.

 

Itulah cara saya menabung, jadi bukan butuh barang langsung beli. Tapi direncanakan dahulu dan dibuat budget pembeliannya. Apalah cara menabung saya yang mungkin terlihat biasa saja ini. Ya apalah saya dibanding kamu yang sudah menabung dari dari TK. Saya juga bersyukur akan bagaimana orang tua saya memberi uang selama ini, karena dari situ saya belajar. Saya belajar bahwa memberi batasan akan pemberian uang pada anak ialah hal yang penting. Agar anak dapat memproyeksikan bagaimana cara berhemat, kebutuhan apa yang harusnya tidak dibeli jika ingin membeli yang lain. Mungkin memang akan kompleks mengenai berapa jumlah uang bulanan untuk anak dan pada pos kebutuhan apa saja uang tersebut berlaku, tapi saya rasa manajemen pemberian uang bulanan ialah suatu keperluan penting. In sha Allah saya dan kamu yang membaca ini akan menjadi calon Ibu serta Ayah yang bijak dalam mengelola keuangan ya 🙂