Jurnal Umrah (2): Kalau Ibadah Sebrutal Ini, Lebih Baik Saya Keluar dari Raudhah

Tahu tidak?

Salah satu hal menantang dalam bercerita melalui tulisan ialah mengingat kembali kronologi hal yang ingin diceritakan dan memastikan hal tersebut benar, karena nantinya akan ada orang lain yang membaca. Mengingat saat ingin melakukan umrah pernah bingung akan aktivitas di Madinah dan Makkah, maka dengan segenap semangat saya coba melanjutkan jurnal umrah ini. CIAT! Bismillah!

Agar lebih jelas mengenai cerita umrah, saya sarankan baca jurnal umrah saya sebelumnya ya disini.

(Masih di hari yang sama yaitu Kamis, 18 Februari 2016)

Setelah shalat subuh di Masjid Nabawi, saya mendapat beberapa pengarahan dari pihak Gardi Tour.

  • Jadwal Makan: Makan pagi setelah shalat subuh, makan siang setelah shalat dzuhur, makan malam setelah shalat isya. Jadwal ini sama untuk semua jamaah umrah dari biro perjalanan apapun.
  • Pastikan untuk bersama dengan teman sekamar, setidaknya berdua/bertiga saat ingin pergi keluar dari kamar. Katanya sih laki-laki Arab ‘haus wanita,’ hem kayak vampir jenis baru kali yha. Katanya juga sih menikahi wanita Arab itu mahal, maharnya satu unta gitu, makanya mereka ‘haus wanita,’ nyambung nggak sih korelasinya? Duh akika juga sebagai yang nulis bingung juga nich.
  • Pastikan selalu memakai tanda pengenal yang diberikan.

Setelah makan pagi, saya kembali ke kamar untuk mandi dan istirahat sebentar, ya sejenis tidur-tiduran cantik melepas lelah tapi tidak tidur layaknya malam hari. Saya, Mama, Tante saya, dan Mami (teman sekamar saya yang usianya sudah seperti nenek saya) sepakat untuk segera ke Masjid Nabawi setelah membersihkan diri masing-masing. Hotel yang saya tempati dekat dengan Gate 17 Masjid Nabawi.

 

Aktivitas di Masjid Nabawi hingga Shalat Dzuhur

Setelah berjalan kaki sampai ke dekat pintu masuk Masjid Nabawi. Saya dan Tante saya agak berbeda pendapat mengenai tempat menaruh sandal.

Saya: Taruh sandal di rak yang disediakan saja, simpel dan praktis.

Tante: Sebaiknya simpan sandal di plastik yang sudah dibawa, lebih aman.

Saya: Tega sekali kalau di Masjid ada yang mencuri.

Ya pengalaman saya yang sepatunya pernah dicuri saat di Mushalla fakultas tidak membuat saya ingin menyimpan sandal di plastik, gimana ya, kalau ditaruh di rak ya asik aja gitu, praktis. Akhirnya saya menaruh sandal di rak, Mami juga melakukan hal yang sama. Ohiya, tidak lupa tentu kami berfoto di depan pintu masuk Masjid Nabawi yang megah dan di pelataran Masjid.

IMG_20160218_083052_BURST2.jpg

Tante, Mami, Mama, Saya

 

Setelah melakukan shalat dhuha, saya mengambil air zam-zam (yang original, bukan crispy #apasih, inget kan cerita Jurnal Umrah 1 kalau air zam-zam asli hanya di dalam Masjid Nabawi?) yang disediakan dalam wadah-wadah di area dalam Masjid Nabawi. Disarankan untuk membaca niat minum air zam-zam. Doa saya seraya meneguk air zam-zam, yang disunahkan sebanyak 3 kali, ialah agar saat umrah saya dimampukan Allah Swt agar jauh dari pikiran negatif.

Doa Nabi Saw saat meminum air zam-zam:

Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon waasi’an wa syifa’an min kulli daa-in

Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, dan kesembuhan dari segala macam penyakit“.

Sumber, dari sini.

Setelah minum air zam-zam, saya galau. Hem, ya galau agak bingung gimana gitu. Begini ya, kalau sehari-hari saya bangun pagi, pergi ke kampus hingga siang, masuk kelas lagi, lalu rapat organisasi. Nah sekarang, waktu saya sangat lapang untuk beribadah. Saya jadi grogi mau ibadah apa, hihi. Walaupun internet handphone saya masih berfungsi, opsi bercengkrama dengan handphone rasanya bukan hal yang baik untuk dilakukan. Saya rasa lupakan urusan di Jakarta adalah pilihan yang tepat. Berhubung saya masih grogi di rumah Allah ini, akhirnya saya berjalan melihat-lihat area dalam masjid. Setidaknya saya menemukan beberapa hal terkait Masjid Nabawi.

  • Ada area menaruh sandal di banyak tempat, sehingga tidak perlu khawatir akan menaruh sandal di sembarang tempat.
  • Ada area shalat wanita yang khusus untuk wanita yang tidak membawa anak.
  • Ada rak-rak berisi ratusan (berapa lapis? Ratusannnn #krik) Al-Quran.

Setelah saya sudah tidak terlalu grogi, saya ingat bahwa seharusnya dari tadi saya niatkan diri untuk i’tikaf alias berdiam diri di Masjid. Setidaknya dengan diniatkan saja, in sha Allah diam di Masjid pun akan berpahala. Saya, Mama, Tante, dan Mami akhirnya melakukan shalat sunnah masing-masing. Kami melakukan berbagai macam shalat sunnah yang kami inginkan. Setelah itu kami tilawah alias membaca Al-Quran. Dilanjutkan dengan berbincang bersama, dilanjutkan tadarus lagi. Aduh kagoknya, hidup macam apa ini? Belum pernah rasanya hidup dipenuhi Masjid begini? Ah terharu. Lalu, waktu shalat dzuhur pun datang.

IMG_20160218_104114_AO_HDR (1).jpg

Saya yang galau berlatar area dalam Masjid Nabawi

 

Aktivitas Setelah Shalat Dzuhur hingga Shalat Isya

Setelah shalat dzuhur, saya kembali ke hotel untuk makan siang. Belum ada kegiatan dari Gardi Tour hingga nanti malam, sehingga setelah memperbarui wudhu, saya kembali ke Masjid Nabawi. Aktivitas saya ya beribadah, mulai dari shalat sunnah, membaca Al-Quran, hingga menyapa Ibu-Ibu Arab di samping saya.

  • Tentang Wudhu

Menurut saya, wudhu di Masjid Nabawi menjelang shalat adalah hal yang sebaiknya dihindari. Penuhnya minta ampun. Ramainya minta ampun. Kalau belum familiar dengan Masjid Nabawi, bisa lupa loh jalan kembali ke tempat tadi duduk di area dalam masjid, hayoloh! Hihi, jadi wudhu di tempat wudhu di area Masjid Nabawi ya tidak berbahaya, hanya saja saya sarankan untuk wudhu setidaknya 40 menit sebelum waktu shalat.

SOLUSI!

Saya baru sadar hal brilian ini saat di Makkah, tapi saya ceritakan sekarang saja. Jujur saja, buang angin adalah hal yang tidak bisa dihindari. Buang angin ya tidak masalah, tapi hal tersebut membatalkan wudhu. Kalau setelah wudhu saya buang angin, saya ambil wudhu, lalu saya buang angin lagi dan saya ambil wudhu lagi, repotnya nggak kuat akika. Maka saya memilih untuk selalu membawa air minum saat shalat dan wudhu di tempat saya duduk. Cukup wudhu yang wajibnya saja dan tidak perlu dibasuh tiga kali. Tenang, sudah saya pastikan hal tersebut diperbolehkan dengan bertanya ke Ustadz Fathur selaku Muthawwif (Hem, Muthawwif apa ya, saya lupa). Caranya mudah sekali, ketik REG spasi Wudhu. Hehe maaf candaa kok. Untuk wudhu yang lebih memudahkan, bisa lakukan hal berikut ini.

  • Basuh tangan sampai siku.
  • Basuh seluruh wajah.
  • Basuh ubun-ubun.
  • Basuk kaki sampai mata-kaki.

Ohiya basuh dengan air secukupnya saja, tidak perlu berlebihan, tidak perlu sampai airnya tumpah ke karpet shalat. Kalau airnya tumpah sedikit atau setetes-tetes masih wajarlah.

  • Tentang Shalat Ghaib

Setelah shalat wajib, biasanya tidak lama dilanjutnya dengan shalat ghaib. Silahkan klik ini dan ini, untuk tahu lebih lanjut mengenai shalat ghaib.

  • Tentang Anak Kecil yang Dibawa Ibunya Shalat

Entah kenapa kalau di Indonesia, rasanya melihat anak kecil teriak-teriak di area shalat kadang membuat kesal. Alhamdulillah, saya tidak merasakan hal yang sama lagi. Jadi tuh ya, di area shalat wanita yang umum, banyak sekali Ibu yang membawa anaknya. Anak-anak kecil ada yang duduk manis, ada yang merengek, ada yang menangis, ada yang teriak-teriak senang, ada yang lari kesana-kemari. Wah salut dengan kesabaran para Ibu. Rata-Rata Arabian mom yang saya lihat sepertinya sangat pengertian terhadap anaknya, tidak marah saat anaknya menangis atau merengek saat si Ibu shalat. Hem, tidak mudah mendeskripsikan sabarnya mereka, bagaimana kalau kamu lihat sendiri disini? Hihi.

IMG_20160218_083512_AO_HDR.jpg

Lokasi Foto Favorit Semua Jamaah

Aktivitas Setelah Shalat Isya hingga Larut Malam.

Setelah shalat isya, saya kembali ke hotel untuk makan malam. Setelah keluar Gate 17, biasanya ada semacam ‘pasar kecil’ dekat Gate 17 Masjid Nabawi. Orang-Orang Arab menggelar dagangannya dengan tikar atau gerobak. Lalu tidak perlu heran saat kamu, jamaah Indonesia, diteriaki “Sini, sini, murah, murah.” Beberapa hal yang bisa dibeli di ‘pasar kecil’ ini ialah.

  • Coklat
  • Kerudung pashmina
  • Kismis, kurma
  • Pakaian: Abaya hitam, gamis untuk laki-laki

Mama pernah membeli kismis, saat membeli ya menggunakan Bahasa Indonesia, pun saat menawar harga. Sayangnya kadang Mas-Mas Arab penjual belum bisa melakukan penghitungan dalam angka Indonesia. Jadi si Mas Arab Penjual Kismis bisa bilang harganya dua puluh per kilo, tapi nanti Mas Arab Penjual Kismis akan bingung jika dua puluh per kilo nya ada tiga, ditambah yang harganya lima belas, lalu diminta diskon lima riyal. Kasihan deh, ya in sha Allah semua pembeli Mas dan Mbak Arab Penjual apapun akan jujur lah ya 🙂

Ohiya, menurut saya kalau di Korea Selatan gaya berbusana perempuan dan laki-lakinya terasa menarik, sama hal nya dengan disini. Terlebih melihat laki-laki disini secara fashion, rasanya lucu sekaligus menarik. Baik laki-laki Arab maupun jamaah Indonesia, banyak yang memakai gamis. Aduh lucu deh, gayanya itu loh, beda banget. Banyak sih laki-laki pakai celana, tapi yang pakai gamis juga banyak. Terus pakai gamis membuat aura para laki-laki berbeda, lebih berkharisma, lebih…….Arabian edition #lah.

Sekitar pukul setengah sepuluh malam, barulah saya mengikuti kegiatan yang dijadwalkan untuk hari ini. By the way, tulisan akika udah panjang beut, jangan bosen yha.

Mengunjungi makan Rasulullah Saw dan Raudhah.

Dahulu kala di Madinah, Masjid Nabawi itu tidak seluas sekarang. Luasnya hanya sekitar 30 meter dikali 35 meter, sederhana sekali. Kalau sekarang sudah megang, mungkin 5 kali luas Masjid Istiqlal. Masih dalam area Masjid Nabawi, ada makam junjungan umat muslim seluruh dunia, Nabi Muhammad Saw. Rasulullah meninggal di pangkuan istrinya, Aisyah ra, dan dikuburkan di kamar Aisyah yang berarti Rasulullah dikuburkan di rumahnya sendiri. Berhubung rumah Rasulullah dan Masjid Nabawi dekat, ada area yang di sebut Raudhah. Raudhah sendiri artinya taman-taman surga, area yang disebut Raudhah dihitung dari jarak rumah Rasulullah hingga mihrab yang biasa Rasul pakai untuk berceramah di Masjid Nabawi dahulu kala. Semua yang umrah pasti diajak ke Raudhah. Raudhah memiliki keutamaan yang bisa dibaca disini ya.

“Raudhah Hanya Diperbolehkan Pada Waktu Tertentu Untuk Perempuan”

Untuk masuk ke dalam Raudhah tidak mudah, tapi tidak sesulit benteng takeshi kok, beneran deh. Jadi awalnya kita akan diminta melepas sandal, lalu berjalan ke dalam area masjid. Disebabkan area Raudhah hanya dibuka pada waktu tertentu untuk perempuan, jelas perempuan yang ingin mengunjungi Raudhah membludak. BOOM! Bohong deng, nggak kayak bom kok #apasih.

Petualangan Menuju Raudhah

  • Antrian Pertama

Setelah dekat area Raudhah, saya dan segenap rombongan diminta mengantri sambil duduk. Kami terkantuk-kantuk ria seraya tilawah.

  • Antrian Kedua

Kalau tidak salah, saya menunggu sekitar 30 menit untuk kemudia mengantri lagi dengan area mengantri yang lebih dekat Raudhah. Pada antrian dengan lokasi berbeda ini, terjadi sedikit kegalauan, kadang diminta duduk, kadang diminta berdiri agar antriannya lebih maju ke depan. Nah disini semakin mendekati Raudhah, semakin penuh orang, satu perempuan dengan perempuan lain sudah saling berdempet.

  • Saat dibuka Giliran Masuk Area Raudhah

Katanya Ustadzah yang menemani jamaah perempuan ke Raudhah, sebenarnya antrian memasuki Raudhah dibagi berdasarkan negara-negara. Biasanya yang dari Malaysia dan Indonesia bersama. Lalu yang dari Arab, Turki, India juga ada gilirannya. Tujuannya ya biar kita-kita orang Indonesia yang ‘kecil-kecil’ ini tidak ‘tergilas’ perempuan Arab (atau setidaknya berwajah Arab) yang biasanya tinggi dan besar. (Duh maaf kalau rasis, saya bingung bagaimana membahasakannya) Kenyataannya, tidak ada yang mau mengalah, huft apa daya akika.

Setelah pintu masuk ke area Raudhah, ya dari pintu masuk sekitar 5-10 m kemudian akan sampai Raudhah, perempuan-perempuan yang mengantri langsung berubah jadi mode jadi fast and furious. Wah langsung saling berdesakan. Saya yang melangkah kecil dan pelan, menjadi terdorong di depan. Tante saya melihat ke arah saya dan mencoba menggenggam tangan saya agar saya tidak terlepas dari rombongan. Ibu Irna (salah satu jamaah dari Gardi Tour juga) melihat ke arah belakang, khawatir anaknya diselak orang dan terdorong ke belakang. Crowded, hectic, panic. Rasanya seperti rush hour. Apalagi saya yang agaknya mengidap claustrophobia, ya semacam phobia tempat sempit . Jantung saya berdetak lebih kencang, kaget dengan keadaan yang menurut saya bar-bar. Terlebih saat saat maju ke depan, saya melihat seorang Ibu-Ibu berwajah Arab (jadi belum tentu berasal dari Arab Saudi) menggandeng tangan perempuan disampingnya dengan rapat dan erat, dan tangan satunya mendorong perempuan di depannya dengan semangat (baca:bar-bar). Ya Allah, ibadah macam apa ini? Tidak bisakah mereka lebih manusiawi, kalau ada yang jatuh bagaimana? Tapi ya sepertinya kejadian macam itu sudah menjadi hal umum.

Area Raudhah ditandai dengan karpet hijau, sungguh waktu yang mustajab untuk berdoa disertai shalat sunah. Saya masih berdiri diam, sudah terlepas dari rombongan, dengan kanan dan kiri berdesakan orang. Seorang anak perempuan shalat di depan saya, Ibu si anak ada disampingnya menjaga anak perempuannya agar shalatnya tidak terhalang orang yang berdesakan. Saat si anak perempuan sujud pun, sudah meringkuk dikarenakan area shalat satu orang sungguh terbatas. Saya masih diam di tempat, bingung akan desak-desakan dan kebrutalan dalam beribadah ini. Sungguh saya deg-deg-an terjepit diantara perempuan-perempuan berbadan besar. Mencoba bertahan agar tidak jatuh, tidak limpung ke arah kanan ataupun kiri. Belum saya merapalkan doa, mata saya melihat tanda exit dan arah keluar Raudhah. Fine, ibadah macam apa ini? Saya lebih baik keluar dari Raudhah. Lalu saya keluar sendiri dan menunggu jamaah perempuan Gardi Tour selesai berdoa.

 

Ya, sekiranya segitu dulu kelanjutan jurnal umrah saya. Mohon maaf bila ada kata-ata yang tidak berkenan untuk dibaca, sesungguhnya saya tidak berniat buruk apapun. Petulangan saya di Madinah dan Makkah beserta hikmah-hikmah yang saya dapat akan saya ceritakan lagi nanti ya 🙂

 

Tips Tanpa Trik: Bagaimana Membuat Esai untuk Exchange Program

Biasanya saat mendaftar exchange program atau beasiswa tertentu, pasti diminta untuk menulis esai. Baik esai personal maupun esai dengan tema yang sudah ditentukan. Saat pertama kali membuat esai untuk exchange program, saya bingung. Mau menulis apa, apa dahulu yang dibahas, esai yang bagus seperti apa. Kalau esainya dalam bahasa Inggris, lebih baik menulis dalam bahasa Indonesia dahulu atau tidak ya? Kebingungan saya dalam membuat esai menjadi inspirasi akan hadirnya tulisan kali ini.

Ya, aku mah apa atuh, bukan pembuat esai paling bagus se-Indonesia. Tapi setidaknya saya punya pengalaman membuat esai yang ingin saya bagi kepada kamu-kamu yang penasaran bagaimana proses seseorang membuat esai, dalam hal ini seseorangnya itu saya. Saya ceritakan ya bagaimana proses saya membuat esai untuk mendaftar Indonesia-China Youth Exchange Program (IChiYEP) 2015. Saat pendaftaran IChiYEP 2015 dibuka, terdaftar 1566 orang dari 32 provinsi di Indonesia. Lalu terpilih 100 terbaik berdasarkan esai yang dibuat, saya termasuk dalam 100 besar saat itu.

Tips Membuat Esai ala Ita

Jujur saja menuliskan bagaimana proses saya membuat esai secara rinci cukup menantang, tapi saya akan mencoba uyeaaah. Proses membuat esai simpel kok, hanya butuh 4 langkah mudah untuk membasmi kuman #salahfokus.

  1. BACA Petunjuk/ Pertanyaan yang Diberikan dan TULIS Outline

Saat melakukan listening test untuk ujian bahasa Inggris di sekolah, guru saya pernah berkata bahwa salah satu strategi menjawab adalah dengan membaca soalnya terlebih dahulu. Sehingga saat kita mendengar percakapan dari speaker, kita sudah tahu apa yang yang harus menjadi fokus kita dalam mencari jawaban untuk listening test tadi. Nah, sama halnya dengan menulis esai. Saya perlu ‘mendengar’ dulu apa yang diinginkan tim seleksi dengan membaca petunjuk penulisan esai.

Setelah membaca, biasanya saya mulai terpikirkan akan suatu hal yang ingin saya tulis. Kadang hal yang ingin saya tulis tadi saya tuliskan di notes atau saya pikiran saja. Berikut adalah outline esai saya.

Please tell us why you are interested with People’s Republic of China

other: I am interested in taking my master degree in China

(Awalnya ditanyakan apa yang membuat saya tertarik dengan negara Tiongkok. Dari pilihan yang ada, kurang cocok dengan saya, jadi saya pilih other dan saya ketik sendiri jawabannya)

Why are you interested in the aspect you have chosen above?

  • Mengenai kenapa saya tertarik master degree di Tiongkok atau ketertarikan saya akan belajar bahasa Mandarin

(Ya saya memang sudah membuat rencana untuk S2 dan saya terbuka untuk kuliah di beberapa negara, termasuk Tiongkok. Saya juga sangat tertarik dalam belajar bahasa. Intinya saya TIDAK MAU BOHONG. Jujur adalah segalanya uwo uwo syalalalala.)

What can you contribute, either culturally (e.g. dance, sing) or skill-wise (e.g. photography, public speaking), to the program?

  • Sebutkan hal yang pernah dilakukan yang bisa menjadi poin lebih.

The most interesting experiences / achievement in your life that is relevant to the program

  • Cerita mengenai saat NIDA Summer Camp

(Dari beberapa pengalaman yang saya punya, saat mengikuti NIDA Summer Camp salah satu yang paling berkesan terutama dalam hal pertemanan dan kekompakan gitu deh hihi)

Should you be chosen, how would the experience help you and others in the future?

  • Ceritakan bagaimana ‘terjun’ ke budaya Tiongkok akan membantu saya memahami bahasa Mandarin lebih baik

Alhamdulillah, setidaknya dengan ada outline saya jadi tahu apa yang ingin saya tuliskan bukan? Lumayan lah daripada galau mikirin esai yang bagus itu seperti apa, lebih baik catat dulu saja apa yang ada di pikiran.

  1. TULIS Apa yang Sudah Direncanakan dan REVIEW Esai dengan Meminta Tolong pada Teman

Outline sudah siap, ya sudah saya eksekusi saja dulu dengan membuat tulisan. Selama semangat masih membara, lanjut menulis saja deh yha akika. Silahkan dilihat esai ‘mentah’ saya ini.

Mini Essay for IChiYEP

Jika diminta menuliskan esai dalam bahasa Inggris, saya lebih memilih menuliskan langsung dalam bahasa inggris. Ya kalau kamu tanya kenapa, karena good feeling saya dalam menulis esai bahasa Inggris akan muncul jika saya menuliskannya langsung dalam bahasa Inggris. Tentu saja menuliskannya langsung dalam bahasa Inggris lebih sulit dibanding menulis dalam bahasa Indonesia. Jadi kalau kamu berpikir lebih baik ditulis dalam bahasa Indonesia dulu, tidak masalah sama sekali kok.

Lalu setelah selesai saya tulis, saya minta tolong dua teman yang saya percaya untuk memberi komentar dan kritik terhadap esai saya. Kamu bisa lihat bagaimana komentar dan kritik dari dua teman saya yang baik hati, nih di-klik aja yhaaa.

Mini Essay for IChiYEP_readbyDetti

Mini Essay for IChiYEP_readbyKakSheila

Kamu tahu tidak?

Saya bersyukur dua teman saya berbaik hati telah berkenan untuk menilai tulisan saya. Tapi kalau dikritik atau ditunjukkan sesuatu yang jelek dari karya saya, kok rasanya agak HEMPH gitu ya? Ya gitu kayak sedih agak bete. Dikritik nggak asik. Tapi dari kritikan, saya harus melangkah ke depan. Berusaha maksimal, untuk hasil optimal. Ya sulit sih, tapi bukan berarti saya tidak bisa.

  1. BACA Artikel serta Esai Orang Lain dan TULIS Perbaikan dari Esai Pertama.

Setelah ucing pala fulla membaca komentar dan kritikan perihal esai yang pertama dibuat tadi, kayaknya fulla lebih memilih untuk cari inspirasi dengan membaca artikel aja deh yha. Saya kerahkan seluruh usaha memperoleh esai-esai sejenis yang ada di internet, lalu saya baca. Saat saya membaca esai-esai yang tersedia di internet, saya jadi bisa membedakan mana esai yang menyenangkan untuk dibaca dan mana yang tidak. Sampai tahap mana saya perlu ‘menjual diri’ saya agar tidak terlihat boasting. Untuk menemukan esai-esai di internet, cukup buka Google dan gali otak kamu untuk mengeluarkan keyword yang terpikirkan seperti personal essay, essay for exchange program, dsb.

Selain itu, saya juga membaca beberapa artikel mengenai apa yang menjadi keunggulan negara Tiongkok dan hal lainnya sebagai pendukung apa yang akan saya tulis di esai. Setelah bosan mencari inspirasi, saya maunya bobo aja, lelah pikiran akika. Tapi apa daya tuntutan keinginan, maka saya kerahkan semangat untuk melakukan revisi esai CIAT!

Alhamdulillah, revisi sudah jadi yuhuuuuu!

Mini Essay for IChiYEP (Update)

  1. REVIEW Esai dengan Meminta Tolong pada Teman dan TULIS Esai Revisi

Berhubung esai revisi pertama sudah selesai, maka saya minta tolong pada teman yang lain untuk memberikan komentar, kritik, dan saran.

Mini Essay for IChiYEP (Update)_readbyKakNanda

Akhirnya muncul lagi kritik mengenai tulisan saya, ya masih sama saat dibaca rasanya HEMPH. Duh ya ampun, kapan tulisan akika jadi keren beken yha. Tapi saya tahu, untuk menulis lebih baik dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Siapa coba mertua yang tidak mau punya menantu sabar dan tekun? #EH #salahfokuskuadrat

Maka saya lakukan lagi revisi terhadap esai saya dan saya minta teman saya untuk review lagi. Anyway, baik sekali bukan teman-teman saya ini? Betapa bersyukurnya saya.

Mini Essay for IChiYEP (2nd Update)_readbyKakNanda

YUHU THE LAST PART!

Saya tidak bisa share bagaimana esai akhirnya karena dokumennya tidak saya simpan. Saat itu saya langsung ketik di form online pendaftaran IChiYEP. Tidak jauh berbeda kok dengan esai revisi saya yang terakhir hehe, maafkan yha.

SAYA CUMA MAU BILANG,

Kamu tahu berapa kali Thomas Alva Edison gagal sebelum berhasil dalam penemuannya?

Saya sih tidak tahu, haha.

Secara ada banyak versi, ada yang mengatakan Edison telah mencoba 999 kali lalu percobaan yang ke-1000 berhasil. Ada yang mengatakan versi lain, tidak jelas mana yang benar.

Yang jelas Edison tidak menyerah dalam mencoba.

Dikutip dari salah satu artikel Forbes, Thomas Alva Edison mengeluarkan pernyataan seperti ini.

“I have not failed 10,000 times. I have not failed once. I have succeeded in proving that those 10,000 ways will not work. When I have eliminated the ways that will not work, I will find the way that will work.”

Lihat bukan betapa optimisnya Edison?

Pemahaman bahwa ia tidak gagal, ia hanya menemukan bagaimana cara yang keliru untuk kemudian menemukan cara yang benar, adalah perspektif yang briliant menurut saya. Edison saja tidak menyerah untuk menjadi lebih baik. Maka saya dan kamu, yang hidup di zaman serba mudah, harusnya lebih gigih lagi bukan?

 

Selamat menulis dan terus mencoba!

Rezeki dari Jalan yang Tak Diduga: Rencana ke Tiongkok, Berangkat ke Jepang

Tulisan kali ini saya dedikasikan untuk teman-teman saya dan mahasiswa/i  Indonesia yang berusaha semaksimal mungkin, yang selalu berdoa, yang berusaha ‘bangun’ setelah ‘jatuh’, dan yang tetap yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar.

Sejak 2013, saya mulai sadar bahwa saya menyukai aktivitas exchange program (program pertukaran ke luar negeri) baik dalam jangka waktu pendek atau panjang, baik fully-funded, partially-funded, ataupun self-funded. Tentunya sama seperti mahasiswa pada umumnya, saya juga berburu exchange program yang fully-funded.

Pada bulan Juni tahun 2015, saya mendapat informasi mengenai Indonesia-China Youth Exchange Program (IChiYEP). IChiYEP merupakan program pertukaran dalam jangka waktu sekitar 12 hari ke Tiongkok dan semua biaya ditanggung oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Jika terpilih menjadi peserta IChiYEP, maka secara langsung akan menjadi Duta Muta Indonesia atau istilah sophisticated-nya yaitu Indonesian Youth Ambassador saat program tersebut berlangsung.

Oke, mari saya ulang apa itu IChiYEP.

  • Program pertukaran 12 hari ke Tiongkok
  • Semua biaya ditanggung

Ya jadi kalau kamu mau hemat dengan tidak membeli apapun sebagai oleh-oleh, maka tidak membawa uang sepeserpun, saya rasa bukan masalah. Menggiurkan bukan?

Proses seleksi IChiYEP ada 3 tahap.

  1. Mengisi Identitas Diri dan Esai

Dalam seleksi tahap pertama ini saya menyiapkan dua hal yaitu Curriculum Vitae (CV) yang menarik serta esai yang provokatif. Provokatif dalam artian mind-blowing untuk yang membacanya. Alhamdulillah, CV saya sudah didesain dan selalu siap untuk proses editing jika diperlukan. Nah yang cukup menantang ialah pembuatan esai. Memang hanya diminta 300 karakter yang berarti tidak perlu membuat esai yang panjang. Kalau kamu mau tahu bagaimana jatuh bangun aku mengejarmu, eh maksudnya jatuh bangun aku membuat esai, kamu bisa baca tulisan aku ini ya.

  1. Mengisi Kelengkapan Data

Kalau ini mudah, hanya ditanya sudah apakah sudah punya paspor, SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), dan beberapa hal lain atau belum.

  1. Membuat Video

Nah, ini juga cukup menguras waktu dan pikiran. Proses membuat video cukup menguras pikiran dan tenaga. Tunggu ya, saya akan berbagi mengenai pengalaman saya dalam membuat video pada tulisan selanjutnya.

tumblr_liq5dywtZG1qzx5i0o1_500

Setelah melalui 3 proses seleksi, akhirnya diumumkan hasilnya. Alhamdulillah, saat itu tidak ada nama saya di dalamnya Eh, tapi saat itu sih akika sedih, bete, badmood, merasa dunia ini tidak adil *berlebihan edition. Jelas saya sedih, karena saya merasa dalam prosesnya saya sudah memberikan yang terbaik. Dalam membuat esai atau video saya penuh kehati-hatian, lalu saya tidak sembarang membuat melainkan saya minta apa yang saya buat dikritik teman saya. Lalu hasil-hasil kritikan teman-teman saya dijadikan bahan perbaikan, lalu saya revisi apa yang saya buat. Wah berulang dan kompleks prosesnya, in sha Allah pengalaman tersebut akan ada di tulisan selanjutnya. Tapi saya tidak mau bete kepada Allah Swt. Tapi saya sedih. Padahal Allah tahu kalau saya sudah berusaha, apa saya kurang doa? Hem, bisa jadi. Lalu, pada saat dzuhur di tempat magang, saya shalat sambil menangis, kan saya juga mau ke Tiongkok gratis. Dibanding menangis di depan Mama atau teman, saya rasa menangis dihadapan Pemilik Semesta lebih make sense. Secara, Dia yang mengatur segalanya.

—— 1 Bulan Kemudian ——

*berasa sinetron apa gitu ya

 

Setelah kelas selesai, saya cek telepon genggam. Ada sebuah surat elektronik masuk ke kotak masuk. Begini isinya.

JENESYS mail

Waduh, saya senang bukan kepalang walaupun tahu belum tentu saya terpilih program Japan East-Asia Exchange Networks (JENESYS). Tidak lama ada notifikasi sms dan panggilan tak terjawab di telepon genggam. Sambil menunggu lift, saya telepon nomor yang tadi menelepon. Alhamdulillah, surat elektronik tadi memang dari Mbak Inda selaku perwakilan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

TAPI!

Deadline mengirimkan dokumen yang diminta itu besoknya. Alhamdulillah kalau CV sudah tersedia, namun ada satu esai yang perlu saya buat. Sebenarnya tahun lalu saya pernah mendaftar JENESYS, sehingga saya bisa copy-paste esai di formulir tahun lalu. Eh, tapi kalau mau terpilih bukannya harus berusaha lebih ya? Akhirnya saya remake esai yang ada di formulir tahun lalu dan melakukan proses revisi esai yang disponsori oleh kritikan dari teman-teman saya. Tentu proses tersebut dilakukan dalam waktu yang cepat dan saya cukup merepotkan teman-teman saya yang baik hatinya.

SEND!

Akhirnya saya mengirimkan apa yang dimita Mbak Inda.

BESOKNYA!

Dua puluh empat jam saya menunggu. Walaupun saya sangat menginginkan terpilih, namun karena pernah gagal mendaftar IChiYEP, maka masa penantian menjadi lebih tenang. Berasa apa gitu ya masa penantian, ish. Lalu, Alhamdulillah wa syukurillah, sebuah surat elektronik kembali masuk ke email saya.

JENESYS mail 2

Lihat betapa suatu hari bisa ada tawaran ke Jepang gratis?

Lihat bukan betapa Allah sayang kepada saya?

Benar bukan bahwa saat kau minta pada-Nya, maka rezeki akan datang dalam jalan yang tidak kau duga?

Penggalan Ar-Rahman

Pada akhirnya saya mengucapkan hamdallah dan juga beristighar. Saya bersyukur, karena cita-cita saya untuk setidaknya pernah mengikuti program fully-funded tercapai. Sekaligus saya berkaca atas semua hal bodoh yang tidak disukai Allah yang saya lakukan, saya masih diberi rezeki yang menyenangkan. Dunia saja sudah semenyenangkan ini, bagaimana Surga? Ah dunia, saya tidak mau terlalu cinta padanya.

 

Lesson from Nokia: We are doing nothing, and it is wrong.

Not long ago, someone shared a link to the whatsapp group I involved in. The link contains just few paragraph, I just need less than 10 minutes to read this.

aaeaaqaaaaaaaabpaaaajdjlotyxogyyltk5ytutnde2my1izgiwltgzyzcwnzhjowjhmq

CEO of Nokia. This picture is taken from the above link.

It was sad to see the picture, it was like I knew what he was feeling.

I have been told about change management and how importance it is. But, it is really an abstract concept. I mean how can we manage the change? It likes we are predicting the future and get ready for it. But, the article earlier really a lesson for me.

As Nokia CEO said “we didn’t do anything wrong, but somehow, we lost.”

Then my friend, Debora, in the whatsapp group typed that the lesson is “we are doing nothing, and it is wrong.”

Fiuh, since when do the world moves this quickly? May God give us strength to face the today’s and future challenge 🙂

Rekomendasi: Mari kukenalkan dengan dr. Gatut Semiardji, SpPD

“Assalamualaikum.” 

Setalah membuka pintu ruang praktik, dokter Gatut menyapa saya. Segera saya jawab salamnya.

“Ada cerita apa hari ini?”

Biasanya dokter Gatut selalu bertanya seperti kalimat di atas. Tolong hindari salah paham bahwa beliau berniat mendengar curhatan kamu ya. Itu adalah cara beliau bertanya apa sakit yang kamu rasakan sekarang.

Tulisan ini dibuat setelah saya berobat dengan dokter Gatut untuk yang ke……….. entahlah. Sudah lebih dari tiga kali saya menemui dokter Gatut untuk berobat, jadi sudah lupa. Saya biasanya menemui dokter Gatut dengan mengunjungi Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina yang berlokasi di Jatinegara.

35a58099e421415b5d8bd0ba1faa4370

Ingat ini saat sakit. Sumber: dari sini.

Suatu kali saat saya sadar bahwa saya mengalami gejala Demam Berdarah Dengue, saya memilih untuk berobat ke Rumah Sakit Premier Jatinegara. Saya sudah mendaftar untuk menemui dokter spesialis penyakit dalam juga. Pada hari itu juga, saya yakin untuk tidak mau ke dokter di Rumah Sakit Premier Jatinegara lagi, saya lebih suka menemui dokter Gatut. Kamu mau tahu kenapa?

Awalnya saya googling mengenai dokter yang akan memeriksa saya. Sambil duduk di ruang tunggu, saya menemukan bahwa dokter yang akan memeriksa saya nanti ternyata satu almamater kampus dengan saya. Berhubung dokter Gatut juga satu almamater kampus dengan saya, saya berpikir dokter yang nanti saya temui akan ramah seperti dokter Gatut.

Kenyataannya, berbeda dengan yang saya kira di ruang tunggu tadi. Yah, dokternya sih tidak bisa dibilang tidak ramah. Tapi saat saya bercerita mengenai sakit yang saya rasa, dokternya justru melihat ke komputer terus menerus. Ya saya sebenarnya mengerti kalau mungkin sistem di Rumah Sakit Premier Jatinegara ingin lebih canggih nan spektakuler dengan menyediakan komputer di ruang periksa. Kenyataannya saya merasa seperti hanya saya sendiri yang peduli penyakit saya, dokternya hanya mendengarkan sebentar untuk menduga pengobatan yang diperlukan, selebihnya mengetik ke komputer. Menurut saya sih tidak menyenangkan, pasien kan sensitif, maunya dimengerti, setidaknya saya begitu.

photo

Foto Dokter Gatut yang ada di Google. Sumber: dari sini

Sekarang mari kuceritakan kenapa aku merekomendasikan dokter Gatut untuk kamu temui saat sakit 🙂

3 Alasan Kenapa Saya Merekomendasikan Dokter Gatut Semiardji

  • Ramah dan care: dokter Gatut itu ramah, raut wajahnya tidak akan bikin kita yang sakit jadi badmood. Saat kamu di ruang periksa kamu akan sadar kalau dokter Gatut mendengarkan keluhanmu dengan tenang, tidak seperti orang yang takut waktu praktiknya habis. Beliau menghargai ceritamu.

  • In-time: dokter Gatut bukan sekadar on-time. Pada hari Sabtu, waktu praktik beliau mulai pukul 10.00, walaupun dapat nomor antrian sepuluh, saya sudah datang. Saya lihat jam di tangan, dokter Gatut sudah masuk ke ruang praktiknya sekitar pukul 09.50 dan pukul 10.00 tepat pintu ruang praktik terbuka. Suster yang membantu dokter memanggil nama seorang Ibu, namun Ibu itu belum datang sepertinya. Berhubung pasien dokter Gatut yang datang baru 3 orang, akhirnya suster itu pun memanggil nama lain “Nona Dian.” Yes! Saya dapat giliran pertama.

  • Menjawab pertanyaanmu: berhubung dokter Gatut itu care dan berhubung saya pasien yang cukup kritis. Biasanya saya bertanya beberapa hal. Lalu dokter Gatut menjawab pertanyaan saya dan jawaban beliau tidak ala kadarnya. Bahkan saat saya bercerita mengenai dokter di Rumah Sakit Premier Jatinegara, dokter Gatut justru bercerita hal yang sama yaitu saat ayahnya berobat ke Pondok Indah dan dokternya juga sibuk melihat komputer

Ohiya, dokter Gatut ini spesialis penyakit dalam ya. Tapi saya biasanya berobat dengan beliau tidak untuk penyakit dalam sih, hehe. Saya membuat tulisan ini sebagai apresiasi terhadap kinerja dokter Gatut. Tidak mudah bukan untuk selalu ramah? Padahal kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati dan apa yang telah terjadi. Semoga dokter Gatut selalu disayang Allah Swt dan semoga semua yang sedang sakit segera sembuh ya 🙂

Have you thought the same?

I have some photos I like and I want to post it on instagram or facebook. I can just post it right away, it is my own account anyway. But then, I remember the feeling of seeing someone’s instagram photos and the thoughts that come along the way.

  • When I see a graduation photo: Ugh, I really envy, when will I graduate?
  • When I see a photo of someone travelling to another country: Hem, I really want to go there too, when will I be?
  • When I see a photo of a fashionable hijabers: Wow, that is cool. Hem, I want to try that kind of style, is that acceptable?

Well, unconciously the photo you post on instagram somehow influence people who see it. The photos you post will elaborate people’s mind. It will be great if the things you post influence someone in a good way or make them happy in any way.

I am just afraid if I post a photo. It will influence people in a negative way or make someone is envy. I know I just have to think positively. But I don’t want to be someone who stimulate any bad thoughts first.

Instagram is not my diary. But isn’t it just good to post the good things that happens in our life? I hope I don’t have the desire to show off things I have or things I experience. Because in the end, I will be the one who responsible for my acts.

For those who feel the same as me, I hope Allah Swt ease your feeling and count our thought as a good thing 🙂

Transportasi ke Kantor Pusat The Body Shop Indonesia: Kata Siapa Magang di Bintaro Ongkosnya Mahal?

Mulai bulan Maret 2016 ini, saya magang di kantor pusat The Body Shop Indonesia (TBSI). Ya tentu saja magang kali ini didasari atas kebutuhan skripsi yang selalu saya ingat setiap hari (Senin-Jumat, kalau Sabtu dan Minggu maunya sih lupa). Lokasi kantor pusat TBSI termasuk dalam kategori (super) jauh jika mengambil jarak dari rumah saya.

Alamat kantor pusat TBSI:

PT Monica HijauLestari
Sentosa Building, Bintaro Jaya CentralBusiness District
Jl Prof. Dr Satrio, Blok A3 No. 5, Tangerang, Indonesia 15224

Cara menuju lokasi tersebut dari rumah saya dengan menggunakan angkutan umum beserta biaya transportasi yang dikeluarkan.

Cara 1

  • Gunakan Metromini 52 untuk sampai di Stasiun Tebet: Rp 4.000

  • Gunakan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line ke arah Duri atau Kampung Bandan di peron 2 lalu turun di Stasiun Tanah Abang: Rp. 2000

  • Transit, untuk kemudian ke peron 5 atau 6 di Stassiun Tanah Abang dan tunggu KRL Commuter Line ke arah Serpong atau Parung Panjang untuk kemudian turun di Stasiun Jurang Mangu: Rp. 2000

  • Dari Stasiun Jurang Mangu, keluar ke arah kiri yaitu arah Bintaro XChange Mall. Lalu naik ojek: Rp. 15.000 (itu sudah paling murah)

  • Total: Rp 23.000 untuk sekali jalan dan Rp 46.000 untuk pergi-pulang

Setelah bertanya-tanya dan mencoba sendiri, akhirnya saya mendapat alternatif yang lebih murah.

Cara 2

  • Gunakan Metromini 52 untuk sampai di Stasiun Tebet: Rp 4.000

  • Gunakan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line ke arah Duri atau Kampung Bandan di peron 2 lalu turun di Stasiun Tanah Abang: Rp. 2000

  • Transit, untuk kemudian ke peron 5 atau 6 di Stassiun Tanah Abang dan tunggu KRL Commuter Line ke arah Serpong atau Parung Panjang untuk kemudian turun di Stasiun Jurang Mangu: Rp. 2000

  • Dari Stasiun Jurang Mangu, keluar ke arah kiri yaitu arah Bintaro XChange Mall. Lalu akan terlihat terminal kecil, biasanya ada bis-bis menunggu. Hanya perlu menyebrang, tunggu sampai bis bertuliskan InTrans Bintaro datang. Bisnya kecil, pilih bis yang bernomor B01 atau B02. Lalu turun di Hotel Santika. Dari situ tinggal berjalan kaki. Bis InTrans Bintaro itu GRATIS ya.

  • Total: Rp 8.000 untuk sekali jalan dan Rp 16.000 untuk pergi-pulang

info-kawasan

Terminal dekat Bintaro XChange Mall

Catatan untuk Cara 2

!! – Saat sampai di terminal bis yang di dekat Bintaro XChange Mall, perhatikan baik-baik bisnya. Hindari menaiki bis Trans Bintaro, karena rutenya berbeda yaitu ke Jakarta. Bukannya sampai di kantor pusat TBSI, yang ada kamu bakalan sampai lagi di rumah. Lelah hayati bang 😦

!! – Walaupun saat naik InTrans Bintaro sudah bilang ke supirnya kalau kamu akan turun di Hotel Santika, tolong perhatikan jalan dan lokasi baik-baik. Biasanya bapak supirnya tidak mengingatkan. Atau sedari awal dibanding bertanya tujuan, sekalian saja minta diingatkan jika sudah sampai. Berasa angkot gitu yha, please gausah bilang “kiri bang” atau ngetokin tangan biar bunyi

intrans

Penampakan bis InTrans Bintaro

Nih, rute dan jadwal InTrans Bintaro disini.

Alhamdulillah, selesai sudah jurnal mengenai biaya-biaya yang mengganggu keberlangsungan hidup dompet ini. OHIYA! SATU HAL LAGI! Kantor pusat TBSI alias Sentosa Building itu ada 2 ya lokasinya, sama-sama di dekat Hotel Santika kok. Jadi kalau ada urusan di kantor pusat TBSI harap ditanya dulu ya di gedung yang mana. Kasian kan, udah cantik, rapi, keringetan hasil ber-commuter-ria, ditambah jalan kaki pindah gedung. Ih mending dilamar pangeran arab *yaiyalah

Sumber Gambar: dari sini, dan dari situ.